SUMBARKITA.ID — Penyambutan terhadap kedatangan pimpinan Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab yang ditunjukkan simpatisan dan pendukungnya, hari ini, merupakan perwujudan pelampiasan ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Mereka selama ini merasakan ketidakadilan dalam penanganan hukum, demikian dikatakan Guru Besar Psikologi Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Achmad Mubarok, Selasa (10/11/2020).
Kekecewaan terhadap kekuasaan semakin terpupuk, katanya, misalnya ketika masyarakat melihat bagaimana perlakuan hukum yang berbeda antara aktivis Koalisi Aksi Masyarakat Indonesia dan anggota polisi yang terjerat kasus hukum. Aktivis tangannya diborgol dan ditunjukkan ke publik, sementara kalau oknum tidak demikian perlakuannya.
“Tadinya revolusi akhlak (yang diwacanakan Rizieq) dianggap bahaya, padahal itu justru lebih tinggi dari revolusi mental dari Jokowi. Revolusi akhlak itu sampai ke batin,” kata Mubarok.
Setelah 3,5 tahun menetap di Arab Saudi, hari ini, Habib Rizieq pulang ke Jakarta.
Rizieq sesungguhnya tidak perlu dicemaskan pemerintah. Tetapi pemerintah memiliki pandangan yang cenderung negatif terhadap Rizieq, terlalu mengecilkan dan hal itu justru memicu gelombang dukungan yang besar kepada pendiri FPI itu, kata Mubarok.
Gelombang dukungan membesar, antara lain juga karena dipicu pernyataan-pernyataan pemangku kepentingan. Di antaranya, Menteri  Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang meminta pihak berwajib mempersiapkan pengamanan menjelang Rizieq tiba di Indonesia, tetapi tidak perlu berlebihan.
“Ucapan Mahfud yang begitu justru menambah semangat pendukung Habib Rizieq, persiapan pengamanan dan lain-lain, itu justru menambah semangat,” kata Mubarok dilansir suara.com. (dj/sk)