Sumbarkita – Ikan mati di keramba jaring apung di Danau Maninjau bertambah menjadi 75 ton. Hal itu disampaikan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira menyampaikan berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh penyuluh perikanan di lapangan, sebelumnya terdata sebanyak 25 ton kemudian bertambah 50 ton sehingga kini total menjadi 75 ton.
“Sebanyak 50 ton ikan itu tersebar di Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya,” katanya yang dikutip melalui Antara Sumbar pada Senin (20/1).
Ia mengatakan 50 ton ikan jenis nila berbagai ukuran itu beberapa miliki petani keramba jaring ikan dari puluhan petak keramba jari apung.
Sebelumnya, 25 ton ikan mati di Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya yang tersebar di Jorong Lubuak Anyia. Puluhan ikan mati diakibatkan oleh angin kencang yang melanda pada Minggu (12/1) sore.
Angin kencang itu menyebabkan terjadinya pembalikan air dari dasar ke permukaan sehingga oksigen berkurang di dasar dan ikan mengalami pusing. Ikan mati itu pun mengapung ke permukaan danau.
Ia mengimbau agar para petani tidak membuang bangkai ikan di dalam danau karena dapat mencemar air danau.
“Saya mengajak petani untuk mengumpulkan ikan yang mati kemudian di kuburkan,” ajaknya.
Sebelumnya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam telah membuat surat dengan Nomor 500.5.3.3/435/DKPP/2024 perihal Pediksi Cuaca Ekstrim dan Upaya Pencegahan Kematian Ikan di Danau Maninjau. Surat tersebut dibuat pada 21 November 2024 dan diserahkan ke wali nagari atau kepala desa dan Camat Tanjun Raya agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan kematian ikan dengan kondisi cuaca ekstrim.
“Kita sudah mengantisipasi dan memberikan surat ke wali nagari dan camat,” pungkasnya.
Lihat postingan ini di Instagram