SUMBARKITA.ID — Sejumlah perwakilan dari 75 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersilaturahmi ke kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI). Safari ke sejumlah lembaga keagamaan ini membuktikan bahwa di internal KPK tidak ada kelompok taliban, radikal, hingga intoleran.
Kegiatan safari ini juga sebelumnya berkunjung ke kantor Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) pada Jumat (28/5) lalu. Terlebih 75 pegawai yang tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) tidak hanya beragama Islam, tapi juga Budha, Katolik, hingga Protestan.
“Kami datang ke lembaga keagamaan ini adalah bahwa tuduhan fitnah yang selama ini dialamatkam kepada kami bahwa di dalam tubuh KPK itu ada intoleransi, ada talibanisme, ada radikalisme. Kami ingin menunjukkan, ini loh kami yang sebenarnya, isu-isu itu bisa dikikis. Kami akan mencoba mengikis pelan-pelan, kami membuka diri inilah kami,” kata pegawai KPK, Harun Al Rasyid di Gedung MUI, Jakarta, Kamis (3/6).
Harun menyatakan, isu taliban, radikal, hingga intoleransi merupakan narasi yang dibuat oleh para koruptor. Dia meyakini isu itu dimainkan untuk melemahkan kinerja KPK.
“Kami melakukan advokasi bersafari ke lembaga keagamaan tidak ada itu yang namanya isu talibanisme, radikalisme tidak ada isu-isu yang dibikin oleh orang-orang di luar, dibikin oleh koruptor untuk melemahkan dan menghancurkan KPK,” cetus Harun.
Harun menegaskan, berbagai kepercayaan yang ada di KPK tidak mengurangi kerja-kerja pemberantasan korupsi. Karena itu, dia pun menegaskan tidak ada isu taliban hingga radikal yang disematkan ke KPK.
“Kami terbukti sejak KPK berdiri dengan berbagai kepercayaan tadi, kami bisa melakukan pekerjaan tanpa harus bersinggungan dengan masalah agama dan keyakinan,” pungkas Harun dilansir jawapos.com. (*/sk)