SUMBARKITA.ID — Rendahnya partisipasi pemilih pemula atau warga yang menggunakan hak pilih untuk pertama kali menjadi perhatian akademisi Universitas Muhammadiyah (UM) Sumbar. Mereka kemudian melakukan penelitian di Kota Pariaman.
Tim Riset Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UM Sumbar melakukan riset terhadap lima Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pariaman yaitu SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4, MAN Kota Pariaman dan MAN Padusunan Pariaman.
“Salah satu poin penting dari penelitian tersebut adalah pemanfaatan media sosial untuk sosialisasi,” ungkap Ketua Peneliti Fisipol UM Sumbar, Didi Rahmadi, Rabu (28/12/2022).
Hasil riset itu menunjukkan, Instagram merupakan media sosial yang paling sering diakses oleh pelajar SMA di Pariaman dibanding medsos lainnya seperti Youtube, TikTok dan Facebook.
“Dari 150 pelajar, sebanyak 100 orang mengakses Instagram dengan durasi lebih dari 4 jam sehari sebagian besar sekedar mencari informasi dan hiburan dalam bentuk video,” ungkap Didi kepada Sumbarkita.id, Rabu (28/12/2022).
“Meskipun menghabiskan banyak waktu di dunia maya, mereka jarang menemukan informasi tentang politik di media sosial,” katanya lagi.
Kondisi ini, kata dia, berdampak kepada pengetahuan dan preferensi politik pemilih pemula.
“Sebagian besar responden mengaku kurang tertarik dengan politik, masih enggan bergabung menjadi anggota partai politik, bahkan masih banyak responden yang belum mengetahui dengan pasti tanggal pelaksanaan pemilu 2024,” ungkapnya.
Terkait temuan ini, pihaknya ikut memberi saran kepada KPU sebagai penyelenggara pemilu, diantaranya dengan meningkatkan intensitas sosialisasi pemilu bagi calon pemilih pemula.
“Sebab masih banyak calon pemilih pemula yang belum terjangkau oleh KPU Kota Pariaman,” kata dia.
Beberapa metode yang disarankan, lanjut Didi, diantaranya metode dialog interaktif seperti menayangkan pemutaran video dan melakukan pendekatan lagi ke pemilih pemula.
“KPU juga harus memaksimalkan penggunaan media sosial dengan menampilkan pesan kepemiluan dalam bentuk konten-konten video yang bersifat menghibur. Kemudian menggandeng organisasi kepemudaan lokal sebagai mitra sosialisasi dan membentuk komunitas interaktif di tingkat sekolah, sebagai agen sosialisasi,” ujarnya. ***