PARIAMAN, SUMBARKITA – Masih terasa berat beban perekonomian di pundak Afrianto pasca dihantam pandemi Covid-19 yang melapukan sendi-sendi mata pencahariannya. Kini beban itu makin berat setelah pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sebagai sopir Angkutan Perdesaan (Angdes) dengan rute Sungai Limau-Pariaman, mau tak mau Afrianto harus merasakan dampak dari kenaikan harga BBM.
“Kami sopir angdes terpaksa menaikan ongkos dari Sungai Limau ke Pariaman. Sejak BBM naik, sekarang tarif jadi Rp7 ribu untuk satu penumpang,” ungkapnya, Kamis (8/9/2022).
Pria berusia 40 tahun itu mengaku amat kesulitan dengan kondisi yang terjadi seperti sekarang. Terlebih, sejak pandemi banyak orang yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang angkutan umun.
“Ini semenjak pandemi. Awalnya kan kami tidak boleh mengangkut penumpang karena ada kebijakan pembatasan aktivitas. Lumpuh total-lah pekerjaan kami,” katanya lirih.
Bapak tiga orang anak itu melanjutkan, saat pendapatannya sebagai sopir baru berangsur membaik, pemerintah malah menaikkan BBM. Tentu kenaikan BBM ini mengejutkan dan menakutkan.
“Sedang semangat-semangatnya cari penumpang, eh kini minyak pula nan naik. Sudahlah susah membelinya, perlu antre panjang. Belum habis beban berat karena pandemi, kini tiba lagi yang lain. Ndak ada bedanya virus corona dengan BBM naik ini,” ucap Afrianto.
Dia membeberkan, dalam situasi sekarang, ia hanya mampu membawa pulang uang Rp60 ribu dalam sehari.