SUMBARKITA – “Di Makkah saja, orang kehilangan sandal juga. Itu namanya ekses, sesuatu yang terjadi di luar semestinya.” ujar Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sumatera Barat, Prof. Duski Samad, pada Sumbarkita, Jumat (22/7/2022)
Pernyataan tersebut dilontarkan mantan ketua MUI Padang tersebut untuk menanggapi adanya kasus pencurian handphone yang dilakukan oleh seorang mahasiswa perguruan tinggi Islam dan juga merupakan seorang garin atau marbot di Padang.
Ia menilai kejadian tersebut tidak lepas dari kurangnya kepedulian masyarakat atau pengurus masjid terhadap kesejahteraan marbot.
“Kita sangat mengharapkan masyarakat dapat memberikan uang secukupnya. Kalau garin kita pekerjakan penuh di masjid atau musala, setidaknya beri upah UMR,” ungkapnya.
Baca Juga : Rampas HP Saat Isi Bensin Eceran, Mahasiswa di Padang Ini Ditangkap
Lebih lanjut, ia mengatakan jika memang garin ini hanya bekerja setengah hari. Tetaplah beri upah yang wajar.
“Masjid dan musala ini kan basisnya masyarakat. Jadi mereka (warga) lah yang paling paham dan mengerti apa kebutuhannya, apakah perlu garin saja, atau juga imam dan khatib,” terangnya.
Karena masjid itu milik komunitas, ia menambahkan, maka penguruslah yang berhak memilih garin
“Beda cerita jika itu masjid milik pribadi atau lembaga,” sambungnya.
Menurutnya masjid dan musala di Padang perlu mengelola keberadaan marbot agar lebih baik, perlu adanya pemisahan pekerjaan antara imam, muazim dan marbot.
“Kalau sekarang dapat kita lihat, satu garin itu hampir semuanya dia yang kerjakan. Bersih-bersih, adzan bahkan juga kadang jadi imam,” jelasnya.
Untuk itu, sudah seharusnya pengurus atau pemilik masjid merekrut petugas kebersihan terpisah, sehingga tidak semua dibebankan pada garin.
“Semakin profesional kepengurusannya, maka semakin berkualitas garinnya,” tutupnya.