SUMBARKITA – Saat prosesi pembuangan Tabuik ke laut, Biasanya akan banyak warga yang hadir saling berebut untuk mengambil Bunga Salapan.
Menurut keyakinan yang telah lama berkembang, Bunga Salapan dan hiasan pada peti bagian atas (Tabuik) tersebut dapat mendatangkan manfaat seperti pelaris dagangan.
Terkait hal tersebut, salah satu Tuo Tabuik Pasa yang merupakan generasi ke lima Tuo Tabuik bernama Zulbakri mengungkapkan, setiap perhelatan Tabuik, memang banyak yang berebutan mengambil bagian tersebut.
“Benar sekali. Banyak warga nantinya yang akan berebut hiasan-hiasan yang ada pada bagian atas Tabuik. Bagian atas tersebut ada peti yang melambangkan peti kematian Husei cucu Nabi Muhammad Sallaullahu Allaihi Wasalam,” ungkap Zulbakri pada Sumbarkita, Minggu (14/8/2022).
Baca Juga : Alasan Gambar Kalajengking Selalu Ada di Bagian Pangkek Ateh Tabuik Piaman
Lebih lanjut ia menagtakan, dari sekian banyak jenis hiasan yang paling diburu orang adalah Bunga Salapan.
“Menurut mereka Bunga Salapan itu bisa mendatangkan keberuntungan. Adapula yang menjadikan pelaris dagangan dan hal-hal mistis lainnya,” jelas Zulbakri.
Meskipun demikian, pihaknya dan Tuo Tabuik lainnya tidak meyakini hal demikian.
Keyakinan itu dianut oleh sebagian warga dan itu telah dipercaya turun-temurun.
“Kami tetap mengimbau kepada pengunjung agar tidak menjadikan itu sebagai ritual atau keyakinan karena itu bisa jatuh pada syirik,” ucap Tuo Tabuik itu.
Baca Juga : Menelisik Peristiwa Berdarah di Balik Sejarah Tugu Tabuik, Kampuang Cino
Sementara itu, saat kesempatan berbeda, Ustad Abdul Somad yang beberapa saat lalu datang untuk memberikan ceramah diperayaan HUT Kota Pariaman mengatakan bahwa pada dasarnya merayakan Tabuik tidaklah salah.
“Namun jika memasukan nilai-nilai tauhid ke dalam prosesi Tabuik jelas itu salah. Apalagi meyakini bahwa benda-benda Tabuik dapat memberikan pertolongan atau kekuatan ghaib, nah itu jatuh pada ke syirikan,” ungkap Ustad Abdul Somad, saat ditanya soal Tabuik dan kepercayaan orang Pariaman.
Lebih lanjut saat itu Ustad Abdul Somad menjelaskan, Tabuik dari segi budaya itu boleh-boleh saja.
“Karena budaya Tabuik adalah unik yang semestinya dijaga. Ini suatu kekayaan Sumatera Barat,” ulas Ustad yang kerap disapa UAS itu. (*)
Editor : Putra Erditama