Oleh : Shilva Lioni
Masalah kesehatan mental menjadi isu yang tengah hangat untuk diperbincangkan. Banyaknya masalah kesehatan mental yang muncul, seperti depresi, gangguan panik, devaluasi diri dan lainnya menggiring kita untuk menilik kembali kenapa hal ini bisa terjadi.
Masalah kesehatan mental pada dasarnya tidak hanya berbicara tentang korban namun juga pelaku. Setiap orang yang memiliki masalah atau dengan gangguan mental secara langsung akan berdampak dan menimbulkan masalah mental baru bagi orang sekitarnya tanpa dia sadari, salah satunya dapat kita lihat dalam kasus NPD. Lalu apa itu NPD? Mari kita bahas lebih lanjut.
Narcissistic personality disorder atau yang disingkat sebagai NPD adalah kondisi mental di mana seseorang memiliki perasaan yang berpusat pada kepentingan dirinya sendiri. Kita mungkin sudah pernah mendengar dan cukup familiar dengan kata “narsis” sebelumnya. Saat seseorang gemar berfoto, dan memajang foto selfie dirinya, mungkin sebagian orang akan mengatakan orang tersebut narsis. Ya, benar itu merupakan salah satu bentuk wujud narsis itu sendiri.
Memiliki sifat narsis merupakan hal yang wajar karena pada dasarnya setiap manusia memang secara naluriahnya memiliki sifat narsis di dalam dirinya. Namun, sampai dibatas mana kemudian sifat narsis ini dapat dinilai tidak wajar dan bahkan menjadi sebuah masalah hingga gangguan?
Secara makna, kata “wajar” pada dasarnya merujuk pada pengertian sebagaimana mestinya, selayaknya, dengan kata lain kita dapat menyimpulkan bahwa ketika berbicara terkait pengertian “tidak wajar” tentu akan merujuk pada negasi dari makna “wajar” itu sendiri yakni tidak layak maupun tidak semestinya. Sementara itu, jika berbicara sudah pada titik tahap gangguan, maka kita dapat mengartikannya sebagai sesuatu yang menyusahkan, ketidak-seimbangan, dan tidak-normalan.
Narsistik dianggap dan dinilai sebagai sebuah gangguan mental yakni personality disorder yaitu saat ketika seseorang mulai memiliki kebutuhan yang dalam dan mulai tidak wajar untuk selalu diperhatikan dan dikagumi, serta kurang bisa berempati terhadap orang lain sehingga cenderung menyusahkan orang sekitarnya.
NPD cenderung sangat rentan dan sensitif terhadap kritikan, selalu merasa was-was dan selalu terancam oleh keberadaan orang lain sekitarnya, dan bahkan cenderung suka merendahkan bahkan menghancurkan orang sekitarnya dengan berbagai cara yang berlebihan untuk menyembunyikan kekurangan atau kelemahan dalam citra dirinya di hadapan orang banyak.
Dilansir dalam halodoc, orang yang mengidap NPD memiliki ciri sebagai seorang yang ambisius, haus validasi, kurang empati, anti-kritik, mudah mengalihkan topik pembicaraan atau berbohong, manipulatif, mau menang sendiri, mudah marah, dan haus pujian serta suka merendahkan atau mendevaluasi orang sekitarnya. Dengan berbagai cara, pengidap gangguan kepribadian narsistik cenderung akan terus-menerus didorong untuk membuktikan diri mereka sendiri, baik kepada orang lain maupun kepada batin mereka yang tidak begitu percaya diri.
Para pengidap NPD cenderung mencari pujian dan gemar untuk menyombongkan diri atau membual tentang prestasinya (yang seringkali berlebihan) untuk menutupi rasa tidak aman mereka.
Selain itu narsistik juga diklasifikasikan sebagai gangguan kepribadian karena apa yang dikatakan seorang NPD tidak akan sinkron dengan perbuatannya. Sebagai contoh seseorang yang memiliki gangguan dalam kepribadian seperti seorang NPD tidak akan bisa dipegang omongannya, seperti saat berjanji ia akan seringkali tidak menepatinya.
Berbeda dengan masalah gangguan kepribadian lainnya, lebih lanjut NPD tidak hanya berakibat fatal bagi penderitanya semata namun juga orang sekitarnya. Sifat orang-orang NPD yang sangat tidak memiliki simpati dan empati terhadap orang lain, tidak akan bisa menghargai waktu, hidup, bahkan kesedihan dan kesusahan orang lain dan orang-orang di sekitarnya.
Seorang dengan NPD akan cenderung tidak peduli dan cuek terhadap semua hal di luar dirinya bahkan hingga menyalahkan si korban atau melakukan abuse terhadap korban secara berlebihan. Seorang NPD dalam hidupnya cenderung memanfaatkan orang lain hanya untuk kepentingan mereka. Mereka membuat atau menjalin hubungan untuk menguntungkannya.
Ironisnya, seorang NPD seringkali terlihat sangat baik dan peduli terhadap seseorang di awal, namun semakin kita dekat dan mengenal nya dia akan menjadi seorang individu yang sangat berbeda. Lebih buruknya ketika keberadaan kita mulai menjadi ancaman baginya, atau ketika kita melakukan sebuah kesalahan, maka seorang NPD tidak akan segan untuk menekan, meng-abuse, dan mendevaluasi kita secara berlebihan bahkan menyebarkan keburukan dan kebohongan tentang kita ke orang banyak.
Orang-orang di sekitar NPD cenderung akan dimanfaatkan sebagai objek manipulasi, objek devaluasi, dan objek dominasi. Inilah yang kemudian akan berdampak pada masalah-masalah mental pada orang sekitarnya seperti menimbulkan rasa insecure, depresi, rasa tidak diinginkan, hingga rendah diri.
Sebagai saran, jika anda bertemu dengan orang dengan karakteristik dan ciri NPD, mungkin sebaiknya anda dapat menghindar agar kesehatan mental anda dan orang sekitar terjaga.*