Sumbarkita – Kota Piaman Laweh (Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman) menyimpan lebih dari sekadar pesona alam dan tradisi budaya. Di balik pasir putih Pantai Gandoriah serta gegap gempita Festival Tabuik, tersembunyi cerita-cerita mistis yang diwariskan turun-temurun.
Bagi mereka yang bersedia mendengar, Piaman adalah buku tua dengan halaman-halaman rahasia, penuh teka-teki yang menanti untuk diungkapkan.
Zulbakri, generasi kelima pelaksana prosesi Tabuik Pasa, berbagi kisah yang jarang diceritakan kepada orang luar.
Saat berbicara dengan Sumbarkita pada (Selasa 4/2), Zulbakri duduk di bawah rindangnya pohon cemara di tepi Pantai Gandoriah, Zulbakri menatap jauh ke arah laut yang bergelombang.
“Tabuik itu bukan sekadar pesta rakyat atau hiburan. Ini adalah warisan leluhur, doa yang kami hantarkan kepada langit. Setiap kayu, setiap anyaman, punya makna. Ada sumpah yang kami pikul saat melaksanakannya,” ungkap Zulbakri dengan nada berat.
Zulbakri, yang akrab disapa Mak Tek itu mengaku dirinya telah menjalani tradisi ini sejak kecil.
“Waktu saya masih kecil, saya sering melihat para Tuo Tabuik begadang semalaman membuat Tabuik. Kami tidak boleh sembarangan menyentuhnya. Ada pantangan, ada ritual (prosesi) khusus,” tuturnya sambil menggenggam tangan seolah mengenang momen-momen tersebut.