PARIAMAN, SUMBARKITA – Pada 1990-an kuda bendi pernah menjadi satu-satunya alat transportasi darat di Pariaman. Namun, seiring dengan berkembang pesatnya industri otomotif bendi makin ditinggalkan.
Kini di Kota Pariaman hanya tersisa sembilan unit Kuda Bendi. Fungsinya pun juga sudah jauh berbeda. Jika dulu digunakan untuk alat transportasi, saat ini bendi hanya diperuntukkan sebagai kendaraan wisata.
Nasrun Jon salah seorang tokoh masyarakat Pariaman kepada SumbarKita membeberkan kejaayaan Kuda Bendi di Pariaman terjadi pada tahun 90-an.
“Pada tahun 90-an alat transportasi umun di Pariaman adalah kuda bendi. Adapula loket atau terminalnya yang sekarang ada di dekat bangunan Pasar Pariaman,” katanya, Jumat (19/8/2022).
Lebih lanjut dikatakannya, saat itu jumlah kuda bendi di Pariaman mencapai puluhan. Hampir seluruh warga Pariaman, kata dia, menggunakan kendaraan darat itu untuk ke pasar atau ke tempat lain.
“Masa itu bisa disebut sebagai masa kejayaan Kuda Bendi,” kata pria yang merupakan mantan wartawan itu.
Seiring berkembangnya bendi saat itu, banyak warga yang akhirnya menanam sagu sebagai makanan utama kuda.
“Sehingga di Pariaman banyak tanaman sagu. Bahkan sampai hari ini Pariaman juga terkenal dengan produksi sagu. Orang dari Padang pun beli sagu ke sini,” ungkapnya.
Akan tetapi, masa kejayaan kuda bendi di Pariaman tidak berlangsung lama. Keberadaan bendi makin terancam saat sepeda motor mulai bermunculan di Pariaman pada tahun 1998.
“Pada tahun 1998 hingga 1999, muncul sepeda motor. Banyak sepeda motor yang dijual di Pariaman dengan kredit murah. Akhirnya banyak orang Pariaman membeli sepeda motor yang digunakan juga untuk ojek,” sebut Nasrun Jon.