Terkait tema yang diusung, dia turut menjelaskan apa yang dimaksud dengan kearifan lokal dan seni tradisional.
“Dimana untuk kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan dan praktik yang berkembang dari generasi ke generasi, berakar pada hubungan yang dalam antara manusia dan alam sekitarnya. Dalam konteks lingkungan, kearifan lokal mencakup pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, penggunaan material alami yang ramah lingkungan, dan praktik-praktik yang menjaga keseimbangan ekosistem. Misalnya, pemanfaatan kayu, rotan, bambu, tanah liat, daun, dan serat alam lainnya dalam seni kriya tidak hanya menghasilkan karya yang bernilai estetika, tetapi juga membantu mengurangi limbah dan menjaga sumber daya alam,” tuturnya.
Sementara itu, seni tradisional menjadi cerminan dari tradisi yang kaya, mulai dari teknik-teknik kriya, seperti ukir, tatah, sulam, batik, dan lainnya hingga pola-pola yang diilhami oleh alam. Seni kriya tradisional seperti anyaman, tenun, ukiran, dan pahat, memiliki nilai konservasi yang tinggi karena menggunakan bahan-bahan lokal yang dapat diperbaharui dan metode produksi yang minim limbah.
“Dengan adanya kegiatan ini, kedepannya akan dapat menjadi langkah bersama kita dalam mengintegrasikan promosi dan informasi produk serta jasa unggulan di Kota Payakumbuh terutama dan ke seluruh Sumbar terkhususnya,” imbuh dia.
Cece juga mengatakan selalu optimis dan yakin untuk memberikan dukungan melalui pameran Kriya Expo dalam menumbuhkan dan kembangkan usaha kreatif untuk menjadi lebih baik.
Adapun untuk kegiatan yang berlangsung pada Kriya Expo ke-7 berupa pameran. Dimana untuk pameran yang diikuti seluruh peserta haruslah menggunakan bahan dan material yang ramah lingkungan, seperti menggunakan bahan daur ulang, bambu, kayu, tanah liat dan bahan alami lainnya.