Pedagang setempat, Sidiyatimar (65) alias Ajo mengeluhkan kondisi Pasar Surantih tersebut. Ia menyebut, dengan kondisi pasar yang semrawut omsetnya sebagai pedagang batu cincin menurun drastis.
“Biasanya waktu masih berdagang diluar (pasar lama) omset saya mencapai Rp500 ribu sehari. Sekarang sejak pindah ke dalam untuk beli minyak motor saja susah, karena pembeli sepi. Apalagi kondisi pasar sekarang sudah seperti kandang sapi saja,” ujarnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan mengalokasikan anggaran Rp2,6 miliar untuk pembangunan pasar Surantih di Kecamatan Sutera pada 2020.
Diketahui saat itu, Pasar Surantih akan dibangun dua tingkat, tingkat pertama dijadikan sebagai lokasi jual beli dan lantai dua sebagai shelter yang bisa digunakan sebagai tempat evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana tsunami.
Anggaran Rp2,6 miliar belum mengakomodir pembangunan seluruh sarana dan prasarana pasar Surantih. Namun, sesuai rencana pembangunan tersebut bakal dilanjutkan kembali pada 2021. Kegiatan dilaksanakan bertahap dan pasar Surantih akan menjadi salah satu pasar termegah di Pesisir Selatan.
Hendro Kurniawan yang kala itu menjabat sebagai Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan dan Perindustrian Pesisir Selatan mengatakan, pembangunan pasar Surantih merupakan salah satu prioritas sejak beberapa tahun terakhir.
Pada 2019 lebih kurang Rp24,7 miliar anggaran baik dari kabupaten maupun pusat dialokasikan untuk membangun dan merevitalisasi 11 pasar di daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona itu.
Pasar tersebut yakni Pasar Batang Kapas, Pasar Cupak, Kambang, Mandeh, Lumpo, Sungai Sirah Silaut, Tapan, Inderapura, Muara Sakai, Balai Selasa, dan Labuhan.