AGAM, SUMBARKITA — Kincia Aia merupakan sebuah teknologi leluhur Minangkabau dalam sistem irigasi dan penumbuk bahan makanan. Keberadaan Kincia Aia juga menjadi bukti kecerdasan masyarakat Minangkabau di masa lalu.
Berangkat dari alasan itu, musisi dan komposer Rani Jambak menggelar pertunjukan musikal dengan media Kincia Aia. Rani memberi tajuk karya terbarunya itu dengan Malenong (M)ASO yang ditampilkan di Rumah Gagas, Nagari Lasi, Kabupaten Agam, Jumat (22/07/2022).
“Saya berharap Kincia Aia ini bisa jadi monumen kecerdasan leluhur. Generasi muda, generasi saya, seringkali tidak memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menunjukan siapa dirinya,” kata Rani kepada SumbarKita.
Ketidakberanian generasi muda itu menurut Rani disebabkan karena tidak mengenal dan mempelajari para leluhur di masa lalu. Jika Kinicia Aia dijadikan monumen, kata Rani, akan dapat menjadi memori kolektif untuk masyarakat Minangkabau dan Indonesia secara umum.
Pertunjukan Soundscape ini menggunakan sebuah kincir dan sepuluh alu yang digandengan lima di kiri dan lima di kanan. Alu dilengkapi dengan sensor suara. Saat kincia utama berputar, maka dengan otomatis alu-alu yang berada di samping kincia terangkat dan dari situ lahirlah suara-suara apik.
Rani mengaku amat kagum dengan kinerja Kincia Aia. Dari pengelaman itu dia juga mengetahui fakta bahwa masyarakat Minangkabau telah menggunakan teknologi kinetis ramah lingkungan sejak berabad lalu untuk berbagai kebutuhan.
“Saya juga ingin menyampaikan kekaguman dengan kecerdasan leluhur yang bisa menciptakan sebuah teknologi yang ramah lingkungan, tapi juga menguntungkan dari berbagai sisi. Teknologi yang tidak merusak lingkungan,” sebutnya.
Kincia Aia tidak hanya digunakan untuk menumbuk padi, tapi juga digunakan untuk mengalirkan air dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi.