SUMBARKITA.ID — Akademisi dan peneliti dari Lembaga Ahlina Institute, dr Tifauzia Tyassuma menyatakan tidak akan mau disuntik vaksin Covid-19 buatan dari luar negeri.
Ahli epidemiologi ini menegaskan dia hanya mau disuntik vaksin Covid-19 buatan dalam negeri, yakni Vaksin Merah Putih.
Perempuan yang akrab disapa dr Tifa ini membeberkan tiga alasannya menolak vaksin Sinovac dan hanya mau menggunakan Vaksin Merah Putih.
Meski Vaksin Merah Putih belum bisa digunakan dalam waktu dekat, dr Tifa tetap akan bersabar menunggu.
“Dari semua vaksin yang rencananya akan disediakan pemerintah itu, secara total dipakai oleh 180 juta orang,” kata dr Tifa dikutip Pojoksatu.id dari akun Dacebook pribadinya, Tifauzia Tyassuma, Selasa (12/1).
Artinya, masih ada 94 juta orang yang tidak kebagian keempat jenis vaksin Covid-19 yang diimpor pemerintah.
“Maka saya mengikhlaskan diri, menjadi bagian dari 94 juta orang tersebut, mudah-mudahan saya menjadi orang dengan nomor urut ke 180.000.0001 dengan Vaksin Merah Putih, yang akan disuntik tahun 2022,” kata dr Tifa.
“Dan sekali lagi, tidak apa, saya sabar menunggu,” sambung dr Tifa.
Berikut ini tulisan lengkap dr Tifauzia Tyassuma:
SAYA DUKUNG VAKSIN. SAYA TAAT UNDANG-UNDANG
Rupanya banyak pihak, termasuk Teman Sejawat para Dokter dan Nakes, yang terheran-heran (baca tidak setuju) dengan sikap saya yang keras soal Vaksin Sinovac dan bagaimana saya teguh berkeyakinan untuk memilih Vaksin MERAH PUTIH sebagai pilihan tanpa pilihan lain.
Begini alasan saya.
Pertama.
Virus yang menjadi bahan baku utama Vaksin, yang terbaik, dan yang tertepat, adalah dari Virus yang beredar di lokasi dimana Vaksin akan digunakan. Bahan baku Vaksin Merah Putih, dibuat dari Virus yang beredar di Indonesia. Dan karena Coronavirus baru ada di Indonesia bulan Maret 2020, maka start pembuatan Vaksin Merah Putih lebih lambat dibandingkan Vaksin yang dibuat negara lain.
Tidak apa, saya sabar menunggu.
Kedua.
Indonesia tak kekurangan Ahli Vaksin, Para Mikrobiolog Kelas Dunia ada di Beberapa Lembaga di bawah Koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, salah satunya adalah Lembaga Eijkmann, institusi yang dipercaya Negara membuat Vaksin Merah Putih.
Saya sangat paham dan yakin dengan kapabilitas Para Senior, Guru, Mentor, dan Teman Sejawat Para Peneliti Kedokteran di lembaga yang termasyhur di dunia itu.
Karena itu saya sangat yakin, KUALITAS dari Vaksin Merah Putih, insyaAllah akan sangat baik.
Vaksin Merah Putih, dengan dukungan Pemerintah yang kuat, akan bisa mengejar ketertinggalan waktu, dari Vaksin-Vaksin Negara lain yang telah terlebih dahulu mendapat izin edar.
Sekali lagi, tidak apa, saya sabar menunggu.
Ketiga.
Pemerintah menyatakan, menyediakan 426 juta dosis Vaksin Coronavirus, yang dibeli dari 4 Perusahaan, yaitu
Cinovac sebanyak 100 juta dosis, Astra Zeneca sebanyak 100 juta dosis, Pfizer sebanyak 100 juta dosis, Novavac sebanyak 100 juta dosis, GAVI sebanyak 50 juta dosis, sebagai dosis cadangan.
Dari semua Vaksin yang rencananya akan disediakan Pemerintah itu, secara total dipakai oleh 180 juta orang.
Maka akan ada 94 juta orang yang tidak kebagian keempat jenis Vaksin di atas.
Maka saya mengikhlaskan diri, menjadi bagian dari 94 juta orang tersebut, mudah-mudahan saya menjadi orang dengan nomor urut ke 180.000.0001 dengan Vaksin Merah Putih, yang akan disuntik tahun 2022.
Dan sekali lagi, tidak apa, saya sabar menunggu.
=====
Kalaupun dalam beberapa kali postingan saya secara keras menolak Vaksin Cinovac,
1) adalah bentuk ketidakpuasan saya akan Efektivitas Vaksin yang begitu rendah, Uji Klinis Fase III di Indonesia dengan subjek penelitian yang terlalu sedikit untuk sebuah Uji Klinis Vaksin massal, dengan hanya mengikutsertakan 1620 subjek saja,
2) Pengadaan Vaksin yang terlalu terburu-buru dan menabrak semua aturan pengadaan obat dan vaksin, dimana pembelian Vaksin mendahului hasil Uji Klinis dan EUA, yang sangat berisiko, 3) dan pelaksanaan yang penuh dengan ancaman dan sanksi yang sungguh tidak selaras dengan Undang-Undang Kesehatan yang berlaku di seluruh dunia.
=====
Kepada seluruh Teman Sejawat Dokter dan Nakes yang mendapatkan giliran pertama divaksin dengan Vaksin Cinovac, saya mendoakan Anda semua sehat dan selamat, dan terus bersemangat bahu-membahu dalam perjuangan demi Nusa dan Bangsa.
Saya sebagai Dokter Lapangan, saya tidak usah terburu-buru menerima Vaksinasi, karena Rakyat yang saya kelola adalah Rakyat yang masih mampu berada di rumah masing-masing, dalam keadaan sebagai Orang Terkonfirmasi Positif dan yang bersama-sama saya berjuang di garda lapangan, di desa, di kota, dan di seluruh pelosok Tanah Air.
Dalam hal Vaksinasi. Untuk semua Vaksinasi tanpa kecuali Vaksin Coronavirus,
Saya menggunakan HAK sebagai Warga Negara yang dilindungi oleh Undang-Undang, untuk secara MANDIRI DAN BERTANGGUNGJAWAB menentukan VAKSIN TERBAIK bagi diri saya dan keluarga.
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang RI No. 36 tentang Kesehatan.
Dan saya melakukan KEWAJIBAN saya untuk berpartisipasi dalam peningkatan kualitas kesehatan melalui VAKSINASI yang BERMUTU, AMAN, DAN PENTING.
Sesuai dengan Pasal 9 dan 10 Undang-Undang RI No. 36 tentang Kesehatan.
Dan karena NASIONALISME adalah ideologi saya, INDONESIA adalah Negara Kebanggaan, maka saya memilih menggunakan VAKSIN MERAH PUTIH.
SAYA DUKUNG VAKSIN.
SAYA TAAT UNDANG-UNDANG.
Rupanya banyak pihak, termasuk Teman Sejawat para Dokter dan Nakes, yang…
Dikirim oleh Tifauzia Tyassuma pada Selasa, 12 Januari 2021 dan dilansir pojoksatu.id (*/sk)