Menurutnya, memperbanyak generasi penghafal Al-Quran di setiap desa akan menciptakan lingkungan yang religius, di mana nilai-nilai positif lebih diutamakan dan masyarakat lebih jauh dari perbuatan negatif yang berpotensi memancing turunnya bencana.
“Ancaman banjir mungkin bisa diatasi dengan bendungan atau kanal. Namun, menghadapi gempa, kita memerlukan pendekatan yang berbeda. Karena itulah kami mengajukan program ‘Satu Desa, Satu Rumah Tahfiz’ bukan hanya untuk membentuk generasi yang cinta Al-Quran, tetapi juga sebagai ikhtiar menghadapi potensi musibah dengan meningkatkan iman dan ketakwaan,” tegas Ridwan.
Program ini juga, lanjutnya, merupakan komitmen jangka panjang untuk menjadikan Pariaman sebagai kota yang berbasis pada nilai-nilai religius. Ia berharap masyarakat dapat memahami tujuan mulia di balik program tersebut dan memberikan dukungan penuh untuk mewujudkannya.
“Kami ingin agar warga Pariaman mendukung niat baik ini. Ini bukan sekadar janji, tetapi usaha untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik, baik secara fisik maupun spiritual,” imbuhnya.
Ridwan mengakui bahwa gagasan ini mungkin terkesan tidak biasa bagi sebagian pihak, namun menurutnya, langkah ini adalah hal yang sejalan dengan kebutuhan Pariaman sebagai kota yang terus menghadapi risiko bencana alam.