“Lawan politik saya tidak ingin saya dikenal sebagai pemimpin yang membantu orang miskin. Saya memang ingin membantu lewat seluruh instrumen yang ada, baik melalui Baznas, CSR, maupun bantuan pemerintah. Jadi kalau ada larangan dari MUI terkait zakat di Baznas, itu adalah tanggung jawab masing-masing,” ujar Erman.
Menanggapi jawaban Erman, Fauzan Hafiz dari pasangan Marfendi-Fauzan mengkritik kualitas bantuan yang diberikan. Fauzan menyebut bahwa banyak masyarakat yang justru menukar beras bantuan ke pasar karena kualitasnya rendah dan tidak layak konsumsi. Ia juga menyoroti pentingnya transparansi dalam pengelolaan bantuan sosial.
“Foto wali kota di karung beras tidak masalah, tapi faktanya, kualitas beras yang diberikan tidak sesuai standar. Banyak masyarakat yang bahkan menukarnya karena tidak layak dimakan,” ungkap Fauzan.
Ia juga mengingatkan pentingnya kejujuran dalam menjalankan pemerintahan, agar pelayanan publik dilakukan dengan tulus tanpa manipulasi.
Menutup debat, Erman Safar menanggapi kritik tersebut dengan membandingkan capaian pemerintahannya. Ia mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran menurun selama masa jabatannya, sementara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat.
“Kemiskinan berkurang, pengangguran menurun, dan IPM kita meningkat. Jadi apa yang perlu diselamatkan? Kami membantu orang miskin, bukan memelihara kemiskinan,” jawab Erman.