Oleh: Rian Afdol
“Kami berharap, ada perhatian lebih dari pemerintah. Rabab merupakan tradisi kita. Jika tidak dilestarikan, mungkin anak-anak sekarang tidak akan tahu lagi dengan rabab.”
Begitulah sepenggal harapan yang diutarakan Zainal (63) saat ditemui SumbarKita di Area SPBU Ampang, tempat biasa ia menggesek rabab bertemankan asap dan bisingnya suara dari berbagai jenis kendaraan yang hilir mudik.
Mendayu-dayu, di sela bunyi kendaraan yang menderu terdengar sayup merdu rabab yang digesek Zainal. Di antara kebisingan itu, air muka Zainal seolah berkata, “kami adalah rupa yang nyaris terlupa”.
Pekerjaan itu telah dilakoni Zainal sejak 2010 silam. Tidak sendiri, ia ditemani istrinya, Yusni yang berperan memainkan rebana.
Sebelum pandemi, Zainal mengaku, sering tampil di acara-acara penikahan. Namun pandemi tiba, dan pergerakan masyarakat dibatasi. Keadaan itu memaksa Zainal memutar otak untuk tetap bisa berpenghasilan di tengah keterbatasan-keterbatasan itu.
“Dulu, kami sering tampil di acara-acara pernikahan, juga pernah di Taman Budaya, tapi sejak corona, tidak ada lagi” katanya lirih.
Bahkan pernah suatu ketika Zainal ditawari kolega untuk ikut mengemis. Namun ajakan itu ia tolak. Ia kokoh pada prinsip akan tetap bekerja keras dengan tenaganya sendiri, tanpa harus meminta-minta dan berharap belas kasih orang lain.
“Ini masih ada jerihnya, masih harus keluar peluh, habis suara karena berdendang. Kalau tidak saya tidak pelajari ini dulu (berabab) entah bagaimana juga nasib saya sekarang” tuturnya.
“Kami setiap hari disini, jika cuaca cerah kami mulai jam 09.00 WIB dan istirahat di waktu dzuhur lalu kembali kesini jam 15.00” tambah Yusni menjelaskan.
Ayah delapan anak itu berharap pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih untuk keberlangsungan kesenian Minangkabau, khususnya rabab.
“Kami berharap, ada perhatian lebih dari pemerintah. Rabab adalah tradisi kita. Jika tidak dilestarikan, mungkin anak-anak sekarang tidak akan tahu lagi dengan rabab. Jangan sampai tradisi ini hilang,” katanya lagi.
Selain itu ia juga berharap agar di tiap daerah dapat didirikan sanggar yang dapat dijadikan wadah untuk menampung para pelaku seni, sekaligus pusat untuk melatih dan membimbing generasi muda dalam mengenali tradisi dan kesenian daerah. (*)