PADANG, SUMBARKITA.ID – Berbicara tentang sejarah Kota Padang, semua orang akan mengarahkan pikirannya ke Kota Tua yang sisa-sasa bangunannya masih bisa dijumpai di sekitar Batang Arau.
Sebuah sungai yang membentang di kawasan pondok dan disana juga ada jembatan Siti Nurbaya. Sebuah kisah Minang yang melegenda.
Batang Arau juga dekat dengan Gunung Padang dan pelabuhan Teluk Bayur. Lokasinya pun strategis.
Karena itulah, disini penduduk Kota Padang terdahulu membuat peradaban pertama. Buktinya, disinilah pelabuhan pertama yang dibuat untuk menjalankan roda perekonomian, perdagangan dan sosial masyarakat.
Sungai yang memiliki area 17.467 ha diabadikan oleh Sutan Gaga dalam “Oendang-Oendang Adat Limbago”. Bahwa orang yang pertama membuka Batang Arau menjadi pintu masuk Kota Padang adalah Datuak Nan Salapan. Ia menjadikan Batang Arau sebagai kawasan Muaro Padang.
“Nan mancancang malatiah hingga muaro padang mudiak inggo ikua air luar yang hilir pada masa itu belum beraja didalam nagari padang melainkan datuak nan salapan namanya dari itulah buliah pusaka turun tamurun kapado anak cucunya dari darat turun ka rantau bersuku dan berparut Wallahualam”, dalam keterangan Oendang-Oendang Adat Limbago tersebut.
Mardanas Sofwan, Ishaq Taher, Gusti Asnan dan Syafrizal juga pernah membahas hal ini dalam buku yang berjudul “Sejarah Kota Padang” (1987).
Safwan dkk menjelaskan bahwa penduduk Padang berasal dari Pagaruyung. Kemudian melakukan perjalanan dari Pagaruyung menuju Banu Hampu di Agam. Setelah itu melanjutkan perjalanan ke Panyinggahan kemudian melintasi perbukitan antara Solok dan Padang. Sampai akhirnya riba di Padang, tepatnya di Kampung Durian (sekarang terletak di Padang Timur).
Buku ini juga menjelaskan, penduduk Kota Padang pertama tersebut kemudian menyebar ke Parak Laweh, Air Camar, Parak Gadang dan Subarang Padang (disekitar batang Arau).