Data Kementerian ESDM mencatat, sumber utama impor BBM Pertamina berasal dari Singapura, Malaysia, dan India.
Sementara itu, sumber utama impor elpiji berasal dari AS dan Timur Tengah. Sedangkan sumber utama impor crude dari Nigeria, Arab Saudi, Angola, dan Gabon.
Meski begitu, Tutuka mengakui bahwa konflik itu memiliki konsekuensi pada asumsi makro APBN, terutama pada membengkaknya subsidi energi.
’’Untuk setiap kenaikan ICP sebesar USD 5 per barel, subsidi BBM akan bertambah Rp0,19 triliun. Lalu (dengan kenaikan yang sama), kompensasi solar bertambah Rp6,42 triliun serta subsidi elpiji bertambah Rp5,04 triliun,’’ jelas dia.