SUMBARKITA.ID — Indrianti Amran, 10 tahun masih terbujur di kasur kamar tidurnya. Sudah empat hari lamanya, dia sudah tidak bisa melihat lingkungan di sekitarnya.
Siswi asal SD Inpres Bontosunggu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan ini mengalami kebutaan pada kedua bola matanya, sejak Sabtu sore (14/11/2020) lalu.
Dari pengakuannya, Ririn, sapaan akrabnya, mengaku penyakit yang ia derita itu cukup membuat dia heran.
Padahal, durasi waktu saat ia menggunakan ponsel pun tak berlebihan. Hanya dipakai pada saat belajar online dan sekadar bermain game.
Itu pun, lanjut Ririn, durasi waktu saat ia bermain game pun tidak terlalu lama. Apalagi dia mengaku bukanlah pecandu game online, seperti anak zaman sekarang ini.
“Kalau sudah belajar, main main (di luar rumah). Biasa juga main game. Belajar online biasanya mulai jam sembilan sampai jam 10,” katanya, Kamis (19/11/2020).
Kebutaan pada kedua bola matanya itu mulai terasa sejak hari Sabtu sore lalu. Saat itu, Ririn mengaku sakit kepala dan memilih untuk berhenti bermain dengan teman sebayanya kala itu.
“Semua yang saya lihat gelap. Hanya itu (cahaya) lampu yang saya lihat. Kalau orang lain tidak mampu saya lihat,” tambahnya kepada wartawan.
Ririn adalah anak kedua dari dua bersaudara, dan pasangan Amran Jafar, 40 tahun dan Sarianti, 36 tahun. Keluarga ini tinggal di Dusun Romang Bone, Desa Bori Matangkasa, Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.
Dalam kesehariannya, Ririn kini hanya bisa duduk dan terbaring di rumahnya. Ponsel yang biasa dipakai belajar online, kini sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi karena penglihatannya yang sudah gelap.
Nenek Ririn, Sataria Daeng Nganne, 46 tahun, telah membawa cucu kesayangannya itu berobat ke RS Universitas Hasanuddin, Makassar.
“Sepertinya mungkin karena belajar online pakai ponsel. Tapi saat matanya dikasih obat, terasa sakit. Berarti masih ada harapan (sembuh)” jelas dia dilansir fajar.co.id.
Kendati demikian, Ririn dan seluruh sanak keluarganya mengharapkan bantuan pihak luar agar kedua bola mata Ririn bisa disembuhkan. (sk/fajar)