SUMBARKITA.ID – Perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung sejak 24 Februari 2022 silam belum menunjukkan titik terang untuk berkesudahan. Bahkan perang semakin sengit dan mulai melibatkan pihak luar sebagai pendukung kekuatan militer.
Ukraina sebagai pihak yang diserang oleh Rusia kerap meminta bantuan negara barat untuk memperkuat militernya, sekaligus sebagai upaya mempertahankan tanah airnya.
Baru-baru ini, terdengar isu bahwa Amerika Serikat (AS) bakal memberikan bantuan rudal jarak jauh kepada Ukraina. Hal ini membuat Presiden Rusia, Vladimir Putin meradang dan memperingatkan negara-negara barat untuk tidak ikut campur dalam perang Rusia dan Ukraina.
Dilansir dari kantor berita TASS, Minggu (5/6/2022), media lokal Rusia tersebut menjelaskan Putin memberikan peringatan serius kepada negara barat, khususnya Amerika Serikat untuk tidak memberikan bantuan rudal jarak jauh kepada Ukraina. Putin menilai bantuan tersebut akan memperburuk perperangan dan akan ada konsekuensi yang serius atas bantuan tersebut. Bahkan tidak tertutup kemungkinan ada negara lain yang akan menjadi target Rusia selanjutnya.
“Kami akan menyerang target yang belum pernah kami pukul,” kata Putin seperti dikutip dalam wawancara oleh saluran televisi Rossiya-1.
Peringatan ini disampaikan setelah Rudal Rusia kembali mengguncang Kota Kiev pada Minggu (5/6/2022) pagi. Ini adalah serangan pertama ke ibu kota Ukraina setelah sempat menikmati masa tenang selama beberapa pekan.
Perang Rusia dan Ukraina ini awalnya dimulai setelah Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (DPR dan LPR) meminta bantuan untuk membela diri dari provokasi pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina. Sampai akhirnya, Rusia mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina tanggal 24 Februari 2022.
Rusia mengklaim, tujuan dari operasi khusus itu adalah untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, operasi itu juga untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran “genosida” oleh rezim Kiev selama delapan tahun terakhir. (*)
Editor : Hajrafiv Satya Nugraha