Sumbarkita – Isu sosial dan tata kelola Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) di Kota Bukittinggi mencuat dalam debat Pilkada yang digelar Sabtu (9/11) di Hotel Grand Royal Denai.
Pasangan calon nomor urut 01, Marfendi-Fauzan, menantang pasangan petahana, Erman Safar-Heldo, dengan pertanyaan seputar isu incest dan Baznas, dua permasalahan yang dianggap menimbulkan keresahan di masyarakat.
Fauzan menyinggung fenomena incest dan permasalahan yang terjadi di Baznas Bukittinggi, mulai dari mundurnya anggota hingga imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar masyarakat tidak menyalurkan zakat melalui Baznas.
“Isu incest bukan hanya mempengaruhi pemerintah, tapi juga berdampak buruk pada masyarakat. Begitu pula dengan masalah di Baznas, di mana muncul surat edaran MUI yang menyarankan untuk tidak memberikan zakat ke Baznas karena adanya berbagai permasalahan,” ujar Fauzan.
Erman Safar menjawab kritik tersebut dengan menyatakan bahwa pemerintah daerah saat ini telah berupaya membuka data dan bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk menangani perilaku sosial yang dianggap menyimpang, seperti LGBT dan kasus asusila lainnya. Menurut Erman, membuka data ini penting agar masyarakat bersama-sama dapat terlibat dalam upaya pengendalian masalah sosial.
“Kami memang memilih untuk terbuka soal ini, untuk mengajak masyarakat bersama mengatasi masalah sosial. Sebelumnya, isu-isu seperti ini tidak pernah dibuka secara transparan, dan itulah yang ingin kami ubah,” tegas Erman.
Terkait Baznas, Erman mengakui adanya dinamika politik di balik lembaga tersebut, namun ia membantah bahwa pengelolaan bantuan sosial melalui Baznas dan CSR (Corporate Social Responsibility) pemerintah dimaksudkan untuk kepentingan politik pribadinya. Ia menyebut, selama setahun terakhir, bantuan sosial yang disalurkan melalui Baznas, CSR, dan pemerintah pusat mencapai Rp34 miliar.