SUMBARKITA.ID — Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumbar soroti tragedi ledakan tambang batu bara di Kota Sawahlunto yang menyebabkan 10 pekerja meninggal dunia pada Jumat (9/12/2022) pagi.
Kadep Advokasi Lingkungan Hidup WALHI, Tommy Adam mengatakan kejadian hilangnya nyawa manusia karena pertambangan di Kota Sawahlunto adalah peristiwa yang kerap terulang.
“Berdasarkan desk riset yang dilakukan oleh WALHI, sejak tahun 2009 hingga 2022, lebih kurang 50 orang meninggal dunia dan belasan luka-luka,” terangnya.
“Diatara perusahaan tambang batubara yang teridentifikasi pernah terjadi kecelakaan tambang menyebabkan korban adalah PT Dasrat, PT NAL, PT BMK, CV Tahiti Coal,” sambungnya.
Analisis WALHI menunjukkan korban tambang berbanding lurus dengan persoalan buruknya tatakelola tambang, yang terus berfokus pada eksploitasi sumber daya alam, tanpa memperhatikan aspek keselamatan manusia dan lingkungan.
Selain itu, sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan tambang seringkali tidak mendapat penanganan serius oleh pemerintah, bahkan cenderung diabaikan.
“Merasa di atas angin, maka eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan ini, terus menuai beragam persoalan dan menabur bencana bagi pekerjanya, masyarakat sekitar dan lingkungan,” jelasnya.
Menurut Tommy, UU 3 tahun 2020 juga seakan memberi ruang untuk beragam persoalan tambang. Undang-undang baru ini sangat sentralistik, menjadi celah baru baru “lepasnya” tanggungjawab pemerintah daerah dalam memastikan operasional tambang yang sesuai aturan.
Tommy juga mengatakan banyak warga Sawahlunto yang melaporkan dan meminta agar pemerintah lebih memperhatikan hal-hal yang menyangkut dengan pertambangan di Kota Sawahlunto, terutama aspek keselamatan bagi masyarakat dan pekerja.
“Kami sedih, masyarakat selalu jadi korban, pemerintah dan perusahaan semestinya lebih memperhatikan keselamatan warga, mendengar dan menindaklanjuti laporan-laporan warga, tidak menakut-nakuti warga, kami hanya ingin tambang batubara tidak lagi memakan korban, baik bagi karyawannya, ataupun masyarakat yang hidup disekitar tambang, sebaiknya pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan atau ekonomi alternatif yang lebih aman dan tidak merusak lingkungan,” tutur salah seorang warga kepada Walhi, sebagaimana disampaikan Tommy.
“Semoga peristiwa ini menjadi persitiwa terakhir, dan menjadi titik tolak pengelolaan tambang yang lebih memperhatikan aspek keselamatan masyarakat dan lingkungan hidup,” tegasnya. ***