SUMBARKITA.ID — Muhammad Husni Sabil (28) atau dipanggil Sabil, Warga Nagari Tanjung Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat, mendadak viral. Duda satu anak berparas ganteng ini menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Ia disekap di Myanmar bersama 19 orang rekannya. Para korban berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Ibunda Sabil bernama Dewi bercerita, Sabil merupakan putra sulungnya dan menjadi tulang punggung keluarga. Putranya tersebut telah merantau di Jakarta selama 2 tahun.
Dwi menceritakan kronologi hingga akhirnya Sabil sampai di Myanmar. Awalnya, Sabil terjun ke dunia hiburan di sebagai figuran dengan penghasilan tak menentu. Belakangan, kata Dewi, Sabil mendapat informasi tentang peluang kerja di luar negeri dengan gaji besar.
“Sabil kemudian mendaftar, walau tanpa ijazah karena tak lulus sekolah dan tanpa keahlian khusus. Namun Sabil berhasil lolos seleksi dan diberangkatkan ke luar negeri. Demikian mudah dan lancarnya keberangkatan waktu itu,” terang Dewi kepada Sumbarkita saat ditemui di kediamannya di Nagari Tanjung, Minggu siang (7/05/2023).
Dewi mengungkapkan, awalnya Sabil berbohong dengan menyebut akan ada syuting Film di Thailand dengan bayaran lumayan.
“Itu pada November 2022, saat itu jadi saya izinkan. Ternyata Sabil ditawari bekerja di perusahaan bagian komputer di Thailand. Setelah satu bulan di sana, Sabil berterus terang dan sempat mengirimkan uang gajinya via Rekening Bank,” tutur Dewi.
“Gaji pertama yang dikirim itu sebesar Rp 4.8 juta di bulan Desember 2022, kemudian Januari 2023 kembali mengirim Rp 2,5 juta. Saya tidak curiga, kami sering video call dan semua terlihat baik-baik saja. Mulai Februari baru terlihat banyak kejanggalan, Sabil terlihat kurang sehat. Sampai akhirnya sembunyi-sembunyi bercerita situasi sebenarnya. Tapi mengingat ancaman yang mereka hadapi, Sabil berpesan agar tidak memberitahu kepada siapa pun juga,” sambung Dewi.
Ia melanjutkan, beberapa waktu berselang atas inisiatif salah satu korban yang merupakan lulusan perguruan tinggi alias Sarjana, dibuatlah WA grup para orang tua. Di sana terungkap segala ketidakwajaran selama ini. Mulai dari bidang pekerjaan yang ditekuni sampai lokasi tempat mereka bermukim saat itu.