Sumbarkita – Sumatera Barat (Sumbar) mencatatkan diri sebagai salah satu provinsi dengan titik panas (hotspot) terbanyak di Pulau Sumatera dalam 24 jam terakhir. Berdasarkan data Sistem Pemantauan Kebakaran Hutan dan Lahan (SiPongi) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sepuluh titik panas terdeteksi di wilayah Sumbar, menandakan potensi awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring masuknya musim kemarau.
Data tersebut diperoleh dari hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses Minggu (8/6/2025) pukul 11.42 WIB. Dalam periode pemantauan itu, KLHK mencatat sebanyak 265 titik panas di seluruh Indonesia, dengan kategori tingkat kepercayaan 6 titik tinggi, 251 sedang, dan 8 rendah.
Khusus di Sumatera, provinsi yang mencatatkan titik panas terbanyak adalah Jambi dengan 12 titik, diikuti oleh Sumatera Barat (10 titik).
Secara nasional, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi dengan jumlah titik panas tertinggi yakni 56 titik, diikuti Maluku Utara (36 titik) dan Sulawesi Tengah (26 titik).
Adapun Kalimantan Tengah mencatat 17 titik, sementara Sulawesi Tenggara, Jambi, dan Kalimantan Timur masing-masing mencatat 13 dan 12 titik panas.
Titik panas adalah indikator suhu permukaan yang lebih tinggi dibandingkan area sekitarnya. Meski tidak seluruhnya menunjukkan api aktif, banyaknya hotspot di suatu lokasi bisa mengindikasikan potensi atau awal mula terjadinya karhutla.
KLHK menegaskan bahwa data titik panas masih menjadi instrumen paling efektif dalam pemantauan karhutla skala luas melalui penginderaan satelit.
Dengan kondisi cuaca kering yang mulai meluas, KLHK mengingatkan semua pemerintah daerah dan masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan.