SUMBARKITA.ID – Kota Padang merupakan sebuah kota yang tak pernah hening dari desiran peluru di Masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia periode 1945-1949. Beberapa peristiwa penting pernah terjadi di bekas Ibukota Pesisir Pantai Barat Sumatera ini.
Banyak darah pejuang yang jatuh berceceran. Api semangat perjuangan tak pernah padam dari sorak para pejuang. Mayat-mayat banyak bergelimpangan baik dari pihak Republik Indonesia maupun musuh. Semua itu hanya demi satu kata “MERDEKA”.
Di kota ini, ada rentetan sejarah yang tak kalah hebatnya dengan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Yakni pertempuran Kampung Kalawi tanggal 7 Januari 1948. Sebuah perang adu nyali antara pihak republik dengan Belanda. Namun sayangnya, tak banyak yang menuliskan sejarah pertempuran ini.
Banyak korban yang jatuh dari kedua belah pihak. Baik itu dari Militer Belanda dan pejuang RI yang sama-sama gigih dan adu kuat. Sampai-sampai Belanda harus mengerahkan empat pesawat tempur Mustang P-51 yang baru saja tiba di Padang dari Medan.
Keberingasan perang di Kampung Kalawi ini merupakan muara dari penyerangan pihak Republik ke markas Militer Belanda di Simpang Alai (sekarang Aspol Alai-red). Penyerangan ini bermula dari perselisihan pemuda dengan serdadu Belanda yang merebut paksa sebuah rumah di Simpang Alai.
Kabar ini akhirnya menjadi ramai dan membuat pemuda dan Pejuang Indonesia marah. Akhirnya dilakukan penyerbuan ke rumah-rumah yang ditempati serdadu Belanda di sekitar Alai.
Keributan pun meletus. Sampai-sampai senjata pun meletus. Para pemuda memang berbekal senjata api, namun alakadarnya saja. Berbeda dengan Belanda yang punya senjata lengkap dan modern. Banyak pemuda yang gugur di Simpang Alai ini. Mereka yang masih selamat, memilih mundur ke Kampung Kalawi.
Para pemuda memang sengaja mundur ke Kampung Kalawi. Karena di sana dekat dengan Kalumbuk yang merupakan pusat organisasi pejuang seperti Hizbullah, Temi, Laskar Muslimin, Pemuda republik Indonesia (PRI) Barisan Istimewa (BI) dan lainnya. Sampai sekarang, masih bisa kita lihat markas berkumpulnya para pejuang terdahulu di Mesjid Muthmainnah.
Walaupun sudah mundur, Belanda tetap mengejar para pejuang. Letusan senjata tetap terdengar di sepanjang jalan Alai hingga Kampung Kalawi. Keributan ini didengar oleh pemuda dan pejuang RI yang sedang berada di Kalumbuk, Lubuk Lintah dan Ampang. Mereka pun memusatkan titik kumpul di Kampung Kalawi.
Rencananya, akan dilakukan penyergapan dengan cara mengepung Belanda di Simpang Kalawi dari beberapa sisi. Namun entah siapa yang membocorkan strategi ini, Belanda memilih mundur dan tak melanjutkan pengejaran terhadap para pemuda.
Inilah yang menjadi alasan kenapa awalnya para pajuang lengah. Mereka menganggap Belanda sudah mundur total dan memilih untuk merawat pemuda yang terluka.
Namun, tak lama kemudian Belanda malah datang dengan persenjataan lengkap dan personil. Tanpa banyak kata, Belanda langsung menyerang dan membakar rumah-rumah di sekitar Simpang Kalawi. Sekaligus mencari para pemuda yang dianggap sebagai ekstrimis Kota.
Para pejuang yang sudah berada di sekitar Kampung Kalawi pun melawan. Desir peluru hilir mudik sana kemari. Puluhan orang seketika terkapar. Baik dipihak RI maupun Belanda. Sampai-sampai seorang anggota PMI perempuan, bernama Halimah pun tewas. Ia disergap disebuah rumah karena tengah mengobati pemuda yang terluka. Halimah pun dieksekusi dirumah tersebut.
Saking keras dan gigihnya para pejuang untuk memukul mundur Belanda, Komandan Kompi Belanda, Kapten Tidden harus meminta bantuan pesawat Mustang P-51 yang baru saja didatangkan dari Medan ke Padang.
Empat pesawat Mustang P-51 melakukan gempuran di sekitar kampung Kalawi. Pertempuran pun menjadi tidak seimbang. Banyak pejuang yang tewas tanpa melakukan perlawanan berarti dan akhirnya memilih untuk mundur ke Lubuk Begalung dan Tanah Sirah.
Kemudian mereka yang terluka, dibawa ke Bandar Buat karena disini menjadi pusat PMI yang merawat para pejuang. Ada juga pejuang yang dirujuk ke Rumah Sakit Sawahlunto, karena kondisinya perlu penanganan lebih lanjut.
Pertempuran Kampung Kalawi memang dimenangkan oleh pihak Belanda. Namun, dari pertempuran ini Belanda bisa belajar bagaimana keras dan gigihnya rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Sejak peristiwa di Kampung Kalawi ini, setiap Belanda melakukan gempuran di sekitar Padang Area selalu mengerahkan pasukan yang dilengkapi persenjataan lengkap. (*)
Referensi Tulisan :
1. Laporan Squadron 122 U Brigade
2. Catatan harian Alm. Darwis K (Mantan TKR Seksi I Kompi I dibawah pimpinan Letnan Arief Amin)
3. Mestika Zed, Emrizal Amri dan Etmihardi, Sejarah perjuangan Kemerdekaan 1945-1949 di Kota Padang dan Sekitarnya (Padang, Yayasan Citra Budaya, 2002).
Editor : Hajrafiv Satya Nugraha