Dari semua persoalan itu, kita membutuhkan jangkar, agar kapal tidak terseret-seret gelombang. Agar kita tetap bisa mengemudikannya dengan arah pasti. Agar semua masalah yang terhampar di depan mata bisa teratasi.
Maka, pilihan terhadap Payakumbuh Kota Festival mesti dijadikan fokus. Setidaknya 100 festival pertahun, Insya Allah, akan menjawab seluruh persoalan yang ada. Festival yang akan dilaksanakan dimulai dari kelurahan, kecamatan, nagari, kota, provinsi, nasional dan internasional. Segala sektor akan digapai. Mulai dari keagamaan, pertanian, kesehatan serta budaya.
Bayangkan saja, jika satu festival saja bisa menampung 100 lapangan pekerjaan, maka akan ada 10 ribu lapangan pekerjaan yang tersedia selama setahun. Itu akan menurunkan 4,8 persen pengangguran atau 5,44 persen kemiskinan. GINI Ratio saat ini 0, 316, juga kan terkoreksi karena akan tumbuh kelas menengah baru. Yang akan menjadi jembatan penduduk kaya dan miskin.
Dari sisi pemerintahan akan terjadi kerja lintas instansi. Meski namanya festival, tidak akan semuanya akan dibebankan pada Dinas Pariwisata atau Budaya. Seluruh OPD akan ikut serta dalam porsinya masing-masing.
Akan terlihat pula peran Alim Ulama, Ninik Mamak dan Cadiak Pandai dalam menentukan tona strategi budaya.
Pendiri bangsa ini, Moh. Hatta pernah menawarkan kepada negara ini sebagai cultural state, negara kebudayaan, bukan national state, Negara Nasional.
Poin ini menjadi penting hari ini. Karena Hatta pasti melihat bahwa negara sebesar ini mesti memiliki alas budaya yang kuat. Karena dari karakter, akan menguat kepribadian yang akan membentengi masyarakat. Yang menjadi penjaga gerbang pertama dalam menetralisir ancaman terhadap kearifan lokal.