Padang – Direktur Utama Bank Nagari, Gusti Candra, mengatakan bahwa kemampuan beradaptasi dengan cepat merupakan kunci untuk bertahan dalam era digitalisasi.
Gusti Chandra menyebut bahwa Bank Nagari mampu bertahan dan terus berkembang karena mampu beradaptasi dengan baik dalam perubahan di era digital.
“Saya berada di posisi ini karena dampak dari disrupsi digital. Dalam seleksi, yang bertahan bukan yang paling besar atau paling kuat, tapi yang paling mampu beradaptasi,” ujarnya dalam event Bisnis Indonesia Goes to Campus (BGTC) 2024 di Universitas Riau, Rabu (25/9/2024).
Gusti kemudian memaparkan, Bank Nagari yang saat ini menguasai 40% pangsa pasar perbankan di Sumatera Barat menyadari bahwa industri keuangan sedang mengalami perubahan besar. Dalam hal perbankan, pihaknya harus terus berinovasi untuk menghadapi disrupsi digital tersebut.
Dari survei Gallup International Consulting, Gusti menjelaskan bagaimana organisasi di era digital ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu 30:50:20.
“Sekitar 30% pekerja sangat potensial dan tidak memerlukan banyak arahan. Mereka adalah inspirasi dalam organisasi. Lalu, ada 50% yang bekerja cukup baik tapi masih berada di zona nyaman, membutuhkan dorongan lebih untuk mengeluarkan potensi maksimalnya. Sisanya 20% adalah mereka yang mengalami penurunan baik dari sisi kompetensi maupun semangat. Ini adalah tantangan manajerial yang harus dihadapi di setiap organisasi, termasuk di Bank Nagari,” jelasnya.
Dalam menghadapi disrupsi digital, Gusti mengingatkan pentingnya menghadirkan masa depan hari ini. Perubahan dalam industri perbankan sangat nyata, terutama dengan munculnya teknologi dompet digital dan layanan keuangan berbasis aplikasi.
“Hari ini, kantor bank terlihat sepi, tetapi transaksi justru ramai di platform digital. Kami harus mampu beradaptasi dengan perubahan ini,” ungkapnya.
Dia juga memperingatkan mahasiswa akan risiko besar dalam dunia digital, termasuk penggunaan aplikasi pinjaman online (pinjol) dan permainan judi online (judol) yang dapat menghancurkan kehidupan seseorang.
“Karena itu bijaklah dalam menggunakan teknologi, jangan pernah membagikan informasi pribadi seperti kode OTP, serta berhati-hatilah terhadap ancaman digital seperti file palsu yang dapat mencuri data pribadi,” kata Gusti dilansir Bisnis Indonesia.