SUMBARKITA.ID — Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pembalikan ekonomi yang terjadi pada Juli-Agustus belum memberikan dampak besar pada perekonomian di kuartal III-2020. Menurut dia, pembalikan ekonomi masih terlalu dini dan rapuh.
Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah sudah merelaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan tujuan adanya peningkatan aktivitas ekonomi pada Juni hingga bulan seterusnya.
“Kita harap titik balik dari pemburukan di April-Mei, dari sisi kegiatan ekonomi dari perpajakan sudah terlihat, perdagangan besar, itu sudah menunjukkan positif, kuartal III tantangan menjaga momentum pembalikan, Juni ada tren pembalikan namun dari sisi lain terjadi flat lagi,” kata Sri Mulyani dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Jumat (28/8/2020).
“Pembalikan arah ekonomi ke zona positif masih dini, meski mobilitas ekonomi masyarakat sudah meningkat, tapi tidak langsung diterjemahkan dalam konsumsi, konsumsi masih tertahan, sektor produksi seperti manufaktur, transportasi pergudangan masih alami tekanan,” tambahnya.
Dengan tren pembalikan ekonomi yang masih belum pasti, Sri Mulyani memprediksi laju pertumbuhan ekonomi berada di kisaran minus 2% hingga 0% pada kuartal III-2020.
“Ini karena apa walaupun mobilitas indek meningkat, tapi belum betul-betul bisa diyakinkan, makanya disebutkan Juli indikator recoverynya masih dini dan rapuh,” jelasnya dilansir Detikcom.
Guna mengejar pertumbuhan ekonomi di zona positif, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan pemerintah sedang mempercepat penyerapan belanja pemerintah di 1,5 bulan sisa pada kuartal III-2020.
“Di Agustus ini, kalau akselerasi belanja dan konfiden konsumen pulih khususnya kelompok menengah atas, kalau kontraksi investasi lebih kecil dan konsumsi bisa mendekati netral, maka kita berharap kuartal III bisa mendekati di 0%. Jadi total keseluruhan minus 1% dan positif 0,2%,” ungkapnya.
KOMENTAR