SUMBARKITA.ID — Pandemi Corona membuat sebagian besar aktifitas belajar siswa dilakukan secara online. Nanun apa jadinya jika belajar online tersebut dijadikan alasan untuk kumpul-kumpul siswa hingga dini hari?. Apalagi ‘belajar online’ bareng tersebut melibatkan siswa dan siswi alias berpasang-pasangan.
Seperti yang terjadi di Mentawai. Tiga pasang pelajar digrebek warga saat lagi ‘sik asik’ di dalam rumah di Jalan Raya Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Minggu dinihari (20/9/2020).
Mereka digerebek oleh warga bersama pemerintah desa, kepala dusun dan ketua pemuda setempat.
Sebelumnya, sebenarnya masyarakat setempat sudah resah melihat pelajar berpasang-pasangan di rumah tersebut. Bahkan masyarakat sudah melaporkannya kepada aparat desa dan ketua pemuda.
Karena sudah pernah diperingatkan namun tak diindahkan, warga kemudian melakukan penggrebekan.
Kepala Dusun Turonia, Jonar Tamba mengatakan, saat menggedor pintu rumah, dibuka langsung oleh anak pemilik rumah (perempuan). Ia pun kemudian menanyakan keberadaan orang tuanya. Namun ternyata orang tua si anak tidak di rumah sejak hari Sabtu (19/9/2020).
Jonar menuturkan, pada saat pengerebakan itu, terdapat tujuh orang di dalam rumah, enam orang pelajar dan 1 orang eks pelajar. Tiga pasang berpacaran dan satu orang tanpa pasangan. Ketiga pasangan itu terdiri dari pelajar SMP, SMA dan mantan pelajar,” ujar Jonar.
Terkait penggerebekan, Jonan menyesali hal itu terjadi terhadap generasi penerus bangsa di Mentawai. Apalagi setelah mendengar pernyataan dari masing-masing pelajar tersebut.
“Saat di interogasi hingga pukul 03.30 wib pagi, jawabannya berbelit-belit. Selanjutnya, saya bersama ketua pemuda langsung menjemput salah satu orang tua dari anak tersebut. Kita meminta anak-anak itu meminta maaf kepada orang tua mereka dan membuat surat pernyataan bermaterai, tidak bakal mengulanginya lagi,” sebut Jonan.
Sementara itu, Ketua Pemuda Desa Tuapejat, Adrian menambahkan, kejadian ini merupakan tanggung jawab bersama dalam menjaga generasi penerus bangsa agar lebih baik ke depan.
“Kita bukan memojokan mereka, tetapi tujuan kita adalah menjadi pelajaran bagi pelajar lain supaya tidak berbuat seperti ini dan ada efek jera buat mereka,” ungkap Adrian. (Ag/sk)