SUMBARKITA.ID – Kabar duka datang dari Kota Padang. Zuiyen Rais, mantan Wali Kota Padang dua periode meninggal dunia, Kamis (10/11/2022), dalam usia 81 tahun.
Kepala Badan Kepegawaian Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Padang, Arfian mengatakan, almarhum meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil Padang pada pukul 21.25 WIB kemarin.
“Beliau sudah tua. Sering keluar-masuk rumah sakit juga. Kondisi kesehatan beliau sudah drop juga,” ujar Arfian.
Jenazah rencananya dimakamkan di kampung halamannya di Nagari Kapau, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam.
“Namun, sebelum itu, akan ada pelepasan secara resmi di Balai Kota Padang,” jelas Arfian.
Profil Zuiyen Rais
Dikutip dari buku 121 Wartawan Hebat dari Ranah Minang dan Sejumlah Jubir Rumah Bagonjong (2018) yang ditulis Hasril Chaniago dkk, Zuiyen Rais merupakan wartawan pertama di Indonesia yang menjadi wali kota.
Zuiyen Rais menjadi Wali Kota Padang selama dua periode (1993-1998) dan (1998-2003). Belakangan, jejaknya diikuti oleh Rizal Effendi, wartawan yang menjadi Wali Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, setelah era Reformasi.
Zuiyen Rais dilahirkan di Nagari Kapau, 13 Desember 1940. Dia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat di kampungnya, lalu melanjutkan ke SMP dan SMA negeri di Bukittinggi.
Setelah itu, dia kuliah di Kota Padang, di Jurusan Sejarah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Andalas (belakangan menjadi IKIP Padang dan akhirnya Universitas Negeri Padang sejak 2000).
Dia pertama kali menjadi wartawan pada 1963 di Harian Aman Makmur. Dia melakoni profesi itu setelah selesai pendidikan sarjana muda di FKIP, tetapi saat itu belum diwisuda. Tugas pertamanya adalah menjadi korektor berita hingga menjadi reporter.
Dia lalu pindah ke Harian Angkatan Bersenjata Edisi Padang, setelah Harian Aman Makmur berhenti terbit karena dibredel oleh pemerintah Orde Lama jelang G30S/PKI.
Pada 1968, Zuiyen Rais menjadi utusan PWI Sumbar untuk mengikuti Kongres PWI di Banjarmasin. Sekembalinya ke Padang, dia terpilih menjadi Ketua PWI Sumbar.
Tak lama kemudian, dia mendapatkan surat undangan sebagai seorang wartawan untuk menjalani pendidikan ke Belanda selama enam bulan.
Selesai pendidikan, dia tidak langsung pulang ke Padang. Dia mendapatkan undangan melakukan kunjungan jurnalistik ke Amerika Serikat selama dua pekan.
Saat aktif jadi wartawan, Zuiyen Rais juga bekerja sebagai dosen PNS di IKIP Padang, sejak 1963. Sepulang dari Belanda, dia lalu menjadi anggota Badan Pemerintahan Harian Kota Padang.
Sejak 1971, dari PNS IKIP, Zuiyen lalu pindah menjadi pegawai Kota Padang. Dia pernah memegang berbagai jabatan, mulai urusan kepegawaian hingga urusan perencanaan sebagai Kepala Bappeda.
Semasa kepemimpinan Wali Kota Padang, Syahrul Udjud, Zuiyen Rais melanjutkan pendidikan S2 ke Institut Pertanian Bogor, dan meraih gelar magister sains.
Balik ke Padang, dia lalu menjadi Asisten II Bidan Pembangunan. Setelah sempat pindah menjadi Kepala Bidang Sosial Budaya di Bappeda Provinsi, Syahrul Udjud memintanya menjadi Sekda Kota Padang.
Selanjutnya, menjelang Syahrul Udjud mengakhiri masa jabatannya, DPRD Padang memilih Zuiyen Rais sebagai Wali Kota Padang. Dia menjabat Wali Kota Padang dua periode.
Pada masa jabatannya yang kedua, menurut Hasril Chaniago dkk dalam bukunya itu, kepemimpinan Zuiyen Rais sempat digoyang.
“Ia bahkan kemudian dikriminalisasi hingga didakwa terlibat korupsi karena memberikan bantuan keuangan kepada semua anggota DPRD. Berkali-kali disidang, untuk dua kasus yang didakwakan, Zuiyen akhirnya lolos berdasarkan Keputusan Mahkamah Agung. Ia bebas dari segala tuntutan hukum,” jelas Hasril Chaniago.