PADANG, SUMBARKITA — Pengamat Pendidikan menilai tawuran antar pelajar di Kota Padang pada Jumat, 22 Juli lalu berpotensi kembali terulang. Peralihan pembelajaran dari online ke tatap muka membuat pelajar sulit dikontrol dan mudah terpancing.
Hal itu dikatakan Pengamat Pendidikan UNP Prof Jamaris Jamna kepada SumbarKita. Menurutnya peralihan model belajar setelah dua tahun lebih pandemi mesti disikapi dengan bijak.
“Selama pandemi anak-anak lebih banyak di rumah. Lalu ketika mereka mulai memasuki sekolah secara luring (luar jaringan) mereka menjadi lebih sulit untuk dikendalikan, lebih sulit untuk dikontrol,” katanya, Sabtu (23/7/2022).
Sebelum pandemi, katanya, sekolah dapat dengan mudah mengawasi tindak tanduk para siswa. Sebab, siswa telah berada di sekolah mulai dari pagi hingga sore hari.
“Artinya sepanjang jam itu mereka terkontrol oleh guru, bisa diamati prilakunya. Sementara saat pandemi, guru kurang bisa mengontrol. Sehingga saat mereka kembali sekolah dalam keadaan normal, perilakunya sulit dikendalikan,” katanya.
Saat ini, katanya, gesekan kecil antar sekolah atau pelajar dapat memicu terjadinya tawuran. Agar hal itu tidak terjadi, butuh upaya kolektif dari semua pihak untuk menekan agar tawuran sesama pelajar tidak lagi pecah.
“Pelu dijaga kerja sama orang tua dan guru serta pihak sekolah. Hal ini mesti dilakukan agar sekolah dan orang tua saling isi, untuk menjaga dan mengendalikan anak-anak,” katanya.
Selain itu, sekolah juga harus bekerja sama dengan pihak keamanan seperti Satpol PP. Menurutnya Satpol PP telah memetakan titik-titik rawan tawuran dan itu bisa dijadikan pedomana bagi sekolah agar kejadian serupa tidak lagi terulang.
“Pihak keamanan telah memetakan daerah-daerah rawan tawuran. Meningkatkan keamanan di titik-titik itu, merupakan salah satu upaya preventif tawuran. (Rian)
Berita Terkait: