Tersangka lalu dibawa keluar pondok dan didapati dalam kondisi mengeluarkan darah ketika di luar pondok.
Kemudian dibawa ke kantor polisi dalam keadaan sadar.
“Atas cerita rekonstruksi tersebut, kami mendapati beberapa hal yang janggal,” ucap Adrizal.
Pertama, mengenai keberadaan balok yang digunakan, seolah-olah tiba-tiba saja ada di lokasi tanpa jelas dari mana asalnya.
“Padahal sejak awal terjadi dorong-dorongan di pintu pondok dan penyidik merangsek masuk. Kami menyangsikan apakah balok sudah dipersiapkan sejak awal atau kebetulan ditemukan di lokasi,” lanjutnya.
Kejanggalan kedua ditemukan LBH ketika melihat dalam rekonstruksi GA seolah-olah tetap kuat meski sudah dipukul di bagian kepala.
“Semua serangan yang dilakukan tersangka tidak mengenai penyidik, namun ketika penyidik memukul kepala dekat telinga kanan korban dengan balok tidak terjadi apa-apa, bahkan tersangka justru mampu melumpuhkan penyidik,” sambung Adrizal.
Kemudian, hal yang menurutnya janggal adalah penyidik dari luar pondok yang baru masuk setelah penyidik di dalam pondok berteriak minta tolong, setelah terlibat baku hantam dengan GA.
“Apakah mungkin terjadi baku hantam di pondok tapi penyidik satunya hanya diam dan baru bergerak setelah minta tolong? Pasti terdengar suara heboh-heboh di pondok apalagi pondok terbuat dari papan dan seperti rumah panggung,” ungkap Adrizal.
Selain itu, berdasarkan rekontruksi, setelah diamankan dan diborgol GA dibawa keluar dari pondok dan sesampai di luar baru pihak kepolisian mengetahui terkait pendarahan yang dialami GA.
“Namun, berdasarkan hasil investigasi ditemukan di dalam pondok banyak ceceran darah mulai dari dalam pondok hingga keluar,” jelasnya.
Lebih lanjut, polisi menyita sebuah batu yang diberikan oleh keluarga yang dipenuhi oleh bercak darah yang diduga milik tersangka, namun saat rekontruksi polisi tidak menjelaskan tentang barang bukti tersebut.