Dari sudut rumah mereka, tampak Nabila sedang mengembalakan kerbau. Pemandangan seperti itu terasa langka, sungguh jarang terlihat.
Di saat anak-anak gadis seusia Nabila sedang sibuk dengan gadget dan selfi, Nabila tidak bisa begitu. Kerbau dan kubangan menjadi teman sehari-hari Nabila.
Jelang magrib, deru motor butut mendekati rumah tersebut. Ternyata itu Rasip, ia tengah menuju rumah, lenggak lengook motornya mengiringi jalan setapak dengan laju pelan.
Setibanya di rumah, Rasip menyapa Sumbarkita, lalu Ia mengisaratkan agar Nabila menghidupkan lampu togok.
“Bil, hidupkan lampu nak, hari lah kalam (hari sudah gelap),” kata Rasip pada Nabila.
Usai magrib, Rasip menceritakan kisahnya. Sementara istrinya tengah menanak nasi. Kepulan asap tungku melayang-layang hingga ke atas ubun-ubun Rasip.
“Sudah tiga belas tahun kami tinggal di sini dan belum pernah merasakan terangnya listrik. Apalagi nonton tv di rumah,” kata Rasip.
Jika ingin menonton tv mereka akan pergi ke kedai atau rumah tetangga dengan mengendarai sepeda motor. Berempat mereka di atasnya.