BUKITTINGGI, SUMBARKITA – Segmen Sianok menjadi pemicu dua kali gempa yang mengguncang Kota Bukittinggi dalam waktu berdekatan. Dari catatan BMKG, gempa pertama terjadi pada Jumat (16/9/2022) pukul 23.54 WIB dengan kekuatan Magnitudo (M) 2,9.
Sementara gempa kedua terjadi pada Minggu, (18/9/2022) pukul 13.46 WIB berkekuatan M 3,5. Kepala Stasiun Geofisika Kelas I BMKG Padang Panjang Suaidi Ahadi, menyebutkan bahwa kedua gempa ini berasal dari penyebab yang sama, yaitu Segmen Sianok.
Segmen Sianok sendiri merupakan salah satu dari tujuh segmen dari Sesar Sumatera yang terletak di kawasan Sumbar. Panjang patahan Segmen Sianok mencapai 90 kilometer yang berada di sekitar Ngarai Sianok Kota Bukiktinggi sampai bagian tenggara Danau Singkarak.
Pergeseran patahan ini, menurut penjelasan yang terdapat di laman resmi BPBD Sumbar, berkisar sekitar 23 milimeter per tahun.
Dalam katalog Gempa Bumi Signifikan dan Merusak 1821-2018 yang dikeluarkan Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, salah satu catatan gempa paling signifikan dan merusak yang terjadi di Segmen Sianok terjadi pada 6 Maret 2007 silam.
Gempa bumi kala itu menyebabkan 43.719 bangunan di Bukittinggi, Payakumbuh, dan Solok rusak atau hancur. Saat itu, gempa pertama berkekuatan M 6,4 terjadi pada pukul 15.49 WIB dan disusul gempa berikutrnya berkekuatan M 6,3 pada jam 17.49 WIB.
Tidak hanya kerusakan pada bangunan, gempa ini juga mengakibatkan 826 orang luka-luka dan 67 orang meninggal dunia.
Gempa ini tidak hanya dirasakan oleh warga Sumbar, catatan BMKG menunjukan bahwa gempa ini terasa hingga ke Kota Medan, Pekanbaru, Duri Jambi, Dumai, Kepulauan Riau, bahkan Malaysia dan Singapura. (*)
Editor: RF Asril