Oleh : Shilva Lioni
Kajian makna pada dasarnya selalu menjadi hal menarik untuk dibahas. Berbicara tentang makna dalam ilmu bahasa tidak akan ada habisnya, baik itu dari sisi logika, konsep, persamaan, perbedaan, serta komponen pembentuknya.
Makna merupakan suatu hal yang kompleks. Makna tidak terlepas dari bagaimana sesuatu hal yakni sebuah konsep dipahami dan diinterpretasikan dimana seringkali berbagai kondisi diduga hadir dan melatar-belakangi sebuah bentuk pemahaman.
Berbicara tentang kata “selektif”, jika dimunculkan sebuah pertanyaan yakni terkait makna apakah yang pertama kali akan muncul dalam benak kita ketika kata “selektif” dimunculkan dan diperdengarkan? Mungkin jawabannya akan beragam dan konsep-konsep terkait sifat seseorang, sebuah bentuk tes atau ujian mungkin akan muncul menjadi opsi dibenak kita. Bahkan lebih detail sifat-sifat seperti sesuatu yang ketat, pilih-pilih, saklek pun akan turut hadir menjadi definisi “selektif”.
Jika diuraikan menurut KBBI, makna “selektif” dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan melalui seleksi atau penyaringan; secara dipilih; dan mempunyai daya pilih. Sementara berdasarkan penggunaannya, kata selektif kehadirannya lebih kompleks dan menjangkau berbagai lini kehidupan seperti dunia akademik, dunia perjodohan, dunia pekerjaan, dunia sehari-hari, dan sebagainya.
Dalam dunia akademik, konsep selektif seringkali dipakai dalam menulis, membaca, ataupun menilai, dan menentukan indikator penilaian karena seringkali selektif terkait dengan sasaran dan capaian atau dengan kata lain tepat sasaran. Sebagai ilustrasi kita ambil dalam kasus membaca. Dalam hal ini konsep selektif dipakai sebagai sebuah konsep dan skill dalam menyortir bacaan dan informasi dengan tujuan mencapai tujuan atau gol yang diinginkan seperti fokus inti pertanyaan. Kemampuan kemudian bagaimana pembaca men-select info-info penting terkait dalam bacaan sumber itulah yang dimaksud dengan selektif dalam membaca.
Sementara itu dalam urusan jodoh, istilah dan konsep selektif seringkali dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menyeleksi pasangan hidupnya kelak disesuaikan dengan apa yang dia butuhkan dan cari dalam suatu pasangan.
Konsep selektif seharusnya menjadi kemampuan dasar yang semestinya dimiliki setiap individu dan segala bidang dalam kehidupan. Dalam mengambil langkah dan memutuskan sebuah hal, baik itu jodoh, pekerjaan, dan indikator penilaian kelas bahkan penerimaan pegawai ataupun mencari suatu kandidat, sifat dan kemampuan, selektif dinilai perlu dimiliki. Dengan adanya sifat dan kemampuan selektif yang dimiliki, seseorang, seseorang akan menjadi lebih fokus dan memahami apa saja yang diinginkan dan ingin dicapainya. Seorang individu akan mampu memahami kebutuhannya secara mendalam dan tentu semuanya akan menjadi lebih terukur dan berbasis.
Selektif pada dasarnya menjadikan seorang individu untuk fokus yakni ketika menetapkan target dan menentukan sebuah tujuan akhir atau gol, dan memikirkan cara yang tepat untuk menggapai gol tersebut dengan mengesampingkan hal-hal yang tidak perlu. Selektif juga berkaitan erat dengan kemampuan visioner seorang manusia karena ketajamannya berpikir dan melihat serta memahami sesuatu secara lebih mendalam karena seseorang yang visioner pada dasarnya memiliki visi dan tujuan yang jelas dan tindakan yang terukur serta tepat sasaran.***
Penulis merupakan Dosen Program Studi Sastra Inggris Universitas Andalas