Sumbarkita – Bulan Ramadan selalu jadi momen istimewa bagi umat Islam. Tidak hanya jadi waktu untuk memperbanyak ibadah seperti puasa, tadarus Al-Qur’an, dan salat tarawih, tapi juga jadi kesempatan untuk menjaga tradisi-tradisi khas yang kental makna spiritual.
Di tengah semarak bulan Ramadan ini, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki tradisi unik bernama Basuluak. Tradisi ini bukan hanya sekedar ibadah rutin, tapi juga sebuah perjalanan spiritual untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Makna dan Sejarah Basuluak
Basuluak berasal dai bahasa Minang yang berarti bersemedi atau berdiam diri. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih fokus mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengasingkan diri dari kehidupan duniawi selama waktu tertentu.
Secara praktik, Basuluak mirip dengan i’tikaf yang dilakukan oleh umat Islam pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Namun, ada perbedaan mencolok, terutama pada durasi dan bimbingan spiritual. Tradisi Basuluak umumnya dilakukan oleh pengikut Tarekat Naqsyabandiyah dan dipimpin oleh seorang mursyid atau khalifah, seorang tokoh agama yang dihormati dan punya wawasan mendalam tentang ilmu Islam serta spiritualitas.
Proses Pelaksanaan Basuluak
Prosesi Basuluak diawali dengan niat tulus dari peserta untuk bersedia meninggalkan hiruk-pikuk duniawi dan sepenuhnya mendedikasikan waktu mereka kepada Allah. Para peserta pun biasanya akan membawa perlengkapan pribadi seperti pakaian, sajadah, dan kebutuhan pokok lainnya ke dalam masjid.
Selama prosesi berlangsung, peserta Basuluak tidak boleh keluar dari masjid kecuali keperluan mendesak atau atas izin dari mursyid. Untuk makanan sahur dan berbuka puasa, biasanya masyarakat sekitar akan menyediakannya.
Sehari-hari, waktu peserta Basuluak akan diisi dengan berbagai aktivitas keagamaan, seperti salat lima waktu dan sunnah, dzikir dan wirid, membaca Al-Qur’an, dan mendengarkan ceramah agama dan bimbingan spiritual dari mursyid.