Di Padang, tradisi Basuluak bisa ditemui di kawasan Indarung, Lubuk Kilangan, tepatnya di Masjid Ubudiyah.
Durasi waktu untuk Basuluak biasanya berbeda untuk setiap peserta. Umunnya, ritual ini dilakukan selama sepuluh hari terakhir Ramadan, namun ada pula yang menjalaninya sepanjang empat puluh hari penuh sejak awal Ramadan.
Lama waktu ini biasanya disesuaikan dengan kesiapan spiritual dan kemampuan masing-masing individu. Bagi peserta pemula, disarankan untuk memulai dengan durasi yang lebih singkat, sebelum diperpanjang di tahun-tahun berikutnya.
Peran masyarakat dalam Basuluak
Masyarakat sekitar juga turut berperan penting dalam mendukung ritual ini. Beberapa peran yang dilakukan masyarakat adalah seperti menyiapkan makanan untuk sahur dan berbuka puasa, menjaga kebersihan masjid, dan memastikan keamanan dan kenyamanan para peserta.
Tak jarang, masyarakat juga turut hadir di masjid untuk mendengarkan ceramah agama yang disampaikan oleh mursyid. Kegiatan ini semakin mempererat hubungan tali silaturahmi antara masyarakat dan komunitas.
Keunikan Tarekat Naqsyabandiyah dalam Basuluak
Seperti yang telah disampaikan, tradisi Basuluak dilakukan oleh Tarekat Naqsyabandiyah. Ajaran ini merupakan salah satu tarekat sufi terbesar di dunia Islam. Ajarannya menekankan pentingnya dzikir sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam Basuluak, prinsip-prinsip tarekat ini tercermin dalam kedisplinan spiritual yang ketat. Para peserta diwajibkan mematuhi aturan mursyid dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam dzikir, doa, dan introspeksi diri.
Meski tidak sepopuler i’tikaf dalam praktik ibadah umum, Basuluak memiliki makna spiritual yang mendalam. Ini bukan sekedar tradisi, melainkan wujud nyata dari perpaduan antara keimanan dan budaya lokal.