Tawaran itu bukan tanpa sebab. Beni bercerita saat pertama kali belajar seni ukir kayu sejak umurnya masih 11 tahun. Dia secara langsung dibina Chan Umar pendiri sekaligus pemilik workshop tempat Beni berkegiatan hari ini.
“Belajar dari sekitar umur 11 atau 12 tahun. Baru pas umur 15 tahun saya baru menekuni ukir kayu sebagai pekerjaan. Saya belajar di sini dulu juga tidak membayar. Modalnya hanya kemauan dan kesungguhan,” katanya.
Baca Juga:
- Cerita Zainal Merawat Kesenian Rabab agar Tak Tergerus Zaman
- Semarak Hari Ketiga Pekan Nan Tumpah, Suguhkan Beragam Pertunjukan
Ukiran kayu, kata Beni, pada umumnya juga digunakan untuk mempercantik bangunan Rumah Gadang. Dia menyebut setiap motif dan pola ukiran yang menempel di Rumah Gadang kaya akan makna.
“Untuk penempatan motif-motif di Rumah Gadang akan mempercantik bentuk rumah itu sendiri. Saya amat khawatir jika semua konsep dan kearifan lokal itu pudar bersama pudurnya semangat generasi muda untuk mempelajari kebudayaannya sendiri,” sebut Beni.
Dalam lima tahun terakhir, kata Beni, terjadi peningkatan jumlah pembangun Rumah Gadang di Sumbar. Sebab demikian, Beni dan seniman ukir yang lain lebih banyak mengerjakan ukiran untuk Rumah Gadang daripada untuk perabotan atau mengisi dekorasi untuk sebuah ruangan.
“Selain mengerjakan ukiran untuk pembangunan Rumah Gadang. Hasil kerja kami juga banyak diminati banyak pelancong yang datang berkunjung ke Workshop Ukir Kayu Chan Umar,” katanya. (*)
Penulis: Rian Afdol