SUMBARKITA – Kebijakan moneter menjadi salah satu langkah yang akan digunakan pemerintah dalam menekan laju inflasi.
Angka inflasi diprediksi akan terus merengsek naik terutama pasca kenaikan BBM.
Merujuk dari data BPS hingga Agustus 2022 laju inflasi di Sumatra Barat mencapai 5.48 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang hanya mencapai 3,63 persen.
Pakar Ekonomi Universitas Andalas, Prof. Dr. Syafruddin Karimi mengatakan saat ini masyarakat menunggu kebijakan moneter seperti apa dari Bank Indonesi dalam merespon naiknya inflasi.
“Apakah (Bank Indonesia) akan menaikan suku bunga, agar inflasi yang potensial terjadi, tidak melampaui target inflasi yang telah dibuat oleh pemerintah,” ujarnya Minggu (4/9/2022).
Baca Juga : Kenaikkan BBM, Angka Kemiskinan di Sumbar Bepotensi Menanjak
Lebih lanjut ia berpendapat, kalau suku bunga dinaikkan, nanti efeknya akan terjadi sejenis Quantitative Tightening (QT) yang selanjutnya mempengaruhi permintaan kredit dan investasi.
Permintaan terhadap kredit dan investasi pada tahap berikutnya akan mempengaruhi jumlah peredaran uang dimasyarakat.
Selanjutnya jumlah uang yang beredar akan mempengaruhi nilai tukar uang itu sendiri.
“Semakin kecil jumlah uang yang beredar maka akan semakin tinggi pula nilai tukarnya. Begitu juga sebaliknya semakin banyak jumlah uang yang beredar di masyarakat maka semakin rendah nilai tukarnya. Selanjutnya ini akan berdampak juga terhadap pemulihan ekonomi,” terangnya.