SOLOK SELATAN, SUMBARKITA — Kelompok Tani Rumah Maggot Solok Selatan sulap sampah organik menjadi maggot yang digunakan sebagai pakan unggas dan ikan.
Sekretaris Rumah Maggot Solok Selatan Hendri Syarif mengatakan sebagian besar sampah yang ada saat ini merupakan sampah organik.
Sampah jenis ini tidak seharusnya berakhir di Tempat Pembungan Sampah (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah organik potensial untuk dikelola menjadi berbagai hal yang bernilai secara ekonomi dan juga ramah lingkungan.
“Tujuan pendirian kelompok sebagai satu upaya meningkatkan ekonomi untuk anggota dan untuk masyarakat banyak,” ujarnya kepada SumbarKita, Minggu (30/7/2022).
Maggot merupakan jenis larva lalat tentara hitam yang biasa digunakan untuk pakan unggas dan ikan.
40 persen kandungan Maggot merupakan protein. Selain kaya protein, pakan jenis ini juga kaya asam amino dan zat antibodi alami.
Hendri mengatakan pihaknya mampu memproduksi 100 kilogram Maggot setiap hari. Ia memperoleh sampah organik yang akan dikelola menjadi Maggot dari Pasar Kayu Aro.
“Setiap hari Rabu, kami mulung sampah. Sebagian pedagang sudah kami ajak dan bersedia untuk memilah sampah. Jadi sore hari, pedagang itu telah memilah sampah dan mengumpulkannya,” ujarnya.
Agar pedagang mau memilah sampah, pihaknya melakukan barter sampah dengan pupuk dari kotoran Maggot.
“Pupuk dijadikan reward untuk pedagang yang mau memilah sampahnya. Sejauh ini para pedagang yang mendapatkan pupuk mengaku membawa dampak baik bagi tanaman mereka,” katanya lagi.
Kotoran Maggot menurutnya merupakan bahan yang cocok untuk dijadikan pupuk. Dia sendiri juga sudah menggunakan kotoran Maggot sebagai pupuk untuk jambu madu, alpukat, dan kopi.
“Saat ini kami sedang melakukan cek labor di Unand tentang kadungan kotoran maggot. Tapi setelah kami coba hasilnya bagus,” ungkapnya.
Budi daya ini, katanya, tidak hanya bernilai secara ekonomi, tapi juga mampu menjaga lingkungan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik.
“Ekonomi meningkat dan diiringi dengan lingkungan yang lebih baik. Selaras dengan alam,” imbuhnya.
Kelompok tani yang berdiri Agustus 2021 ini berencana melakukan sosialisasi ke rumah tangga. Harapannya muncul kesadaran dari masyarakat untuk memilah sampah.
“Dalam rancangan program, kami akan lakukan barter sampah dengan telur atau ayam. Tapi program ini butuh biaya yang cukup besar,” katanya.
Hendri berharap dari budi daya Maggot masyarakat punya sumber pendapatan baru dan lingkungan dapat terus terjaga. (Rian)
