PADANG, SUMBARKITA – Gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter (SR) yang mengguncang beberapa daerah di Sumatra Barat (Sumbar) pada 30 September 2009 silam membawa dampak yang begitu besar bagi Ranah Minang.
Gempa yang terjadi pada sore hari itu, tak hanya menelan korban hingga ribuan orang. Tapi juga berdampak bagi beberapa fasilitas yang mengalami kerusakan parah dan mengancam aset-aset penting bersejarah di Sumbar.
Gedung Joang ’45 yang merupakan basis pengarsipan dokumen perjuangan kemerdekaan Indonesia di Sumbar juga terkena imbas akibat gempa 2009 itu.
Kepada SumbarKita, Ketua Umum Dewan Harian Daerah (DHD) ’45 Sumbar periode 2013-2018, Zulwadi berkisah, usai gempa isi Museum Gedung Joang dititipkan ke Badan Arsip Provinsi untuk diselamatkan.
Sementara pengurus DHD ’45, kata dia, mengungsi ke kantor pengurus Dewan Harian Cabang (DHC) ’45 Kota Padang di Jalan Pasar Mudik, Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan.
“Sejak awal masa kepengurusan saya selaku Ketum DHD ’45 pada 2013, saya melanjutkan kepengurusan dari pelaku sejarah Kolonel Djamaris Yunus. Waktu itu, kehancuran fisik Gedung Joang 45 Sumbar masih tampak sebagai akibat Gempa 30 September 2009,” jelasnya, Rabu (17/8/2022).
Bahkan, menurutnya kondisi sulit kala itu juga menyebabkan terpukulnya mental pengurus.
“Ada periode recovery tiga tahun, sebelumnya tidak sempat membersihkan puing-puing Kantor DHD yang runtuh sehingga itu jadi monumen alami gempa 30 September 2009 di Padang,” tuturnya.
Selain itu, tantangan yang dirasakan DHD ’45 periode kepengurusan 2013-2018 makin berat pada tahun 2016.
“Setelah serah terima dengan Pengurus Periode 2018-2023 barulah Gedung Joang 45 Sumbar dapat direnovasi dan DHD ’45 kembali berkantor di Jalan Samudera Nomor 8 Padang,” imbuhnya.
Sebab demikian, ia menapresiasi Pengurus DHD ’45 Periode 2018-2023.
“Selama periode kepengurusan 2013-2018, DHD ’45 menyelamatkan museum, arsip, dan dokumentasi dari kehancuran akibat gempa,” pungkasnya. (*)
Berita Terkait: Mengenal Gedung Joang ’45, Bangunan Bersejarah Kemerdekaan di Padang yang Terabaikan
Editor: RF Asril