Sementara itu, Ketua Koperasi Kopi Rakyat Kasimo mengatakan para petani kopi hanya ingin berkecukupan tanpa harus mengekspor kopi hingga keluar negeri.
“Ingin kami sederhana, kami hanya ingin sejahtera. Kopi kami tidak harus diekspor, kami hanya ingin anak-anak kami tidak putus sekolah, kami hanya ingin anak-anak tidak lagi menangis karena tidak ada uang jajan. Semangat kami akan meningkat karena diperhatikan pemerintah. Itu lah mimpi kami,” ungkap Kasimo.
Sementara itu, Manajer Divisi Pendidikan dan Kaderisasi Walhi Sumbar Dalmi Susanti mengatakan SL Kopi digelar untuk menggali potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi petani kopi selama ini.
“Kemudian untuk menemukan solusi dan strategi untuk menjawab berbagai permasalahan yang dialami,” kata Dalmi.
SL kopi perdana, menurutnya berhasil menghimpun berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi petani. Di antaranya kurangnya pengetahuan tentang menciptakan bibit unggul secara mandiri, pupuk organik, pengendalian hama dan penyakit, serta akses pasar yang stabil.
“Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan tantangan yang dihadapi oleh petani, maka orientasi dan kurikulum SL ke depan akan berfokus menjawab masalah dan tantangan dengan berbagai inovasi solusi dan strategi,” katanya.
SL Kopi perdana ini diikuti 22 orang petani yang berasal dari berbagai perwakilan kelompok tani di Nagari Lubuk Gadang. SL kopi menghadirkan Uslaini (Kadiv Perlindungan dan Pengembangan WKR Eksekutif Nasional WALHI), Aang Kurniawan (PPL Nagari Lubuk Gadang), serta Marsudi (Penyuluh Swadaya di Kabupaten Solok Selatan) sebagai narasumber. (Fajar)