Kondisi yang kian hari semakin memburuk tersebut, membuat Zaitul beserta masyarakat sekitar mulai mengalami kecemasan. Zaitu menyebut jika penanganan dari pemerintah lambat, maka mau tidak mau ia harus memutuskan untuk pindah.
“Kecemasan kita tentu ada, setiap tahun kita alami, tapi jika penanganan dari pemerintah lamban mau tidak mau kita harus pindah,” tuturnya.
Ia berharap pemerintah segera mencarikan jalan terbaik untuk masyarakat Pasir Jambak.
Hal serupa juga dialami Ernawati (56). Ia menyebut abrasi di Pantai Jambak membuat rumahnya makin dekat dengan pantai.
Dari pantauan Sumbarkita, jarak rumah warga ke bibir pantai hanya tinggal lebih kurang 5 meter saja.
“Biasanya air tidak setinggi kemarin. Tapi sekarang kondisinya sudah sangat memprihatinkan, awalnya di sekitar rumah ini rumput dan sekarang sudah berubah jadi pasir,” ucapnya.
Sementara itu, Juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Ilham Wahap menyebut sampai saat ini belum menerima laporan terkait kerusakan akibat kenaikan air laut yang melanda wilayah Pasir Jambak.