Menurut Suhandri, perkataan Rusma Yul Anwar yang menyebut seseorang sebagai “paja” di depan umum dianggap kurang etis, terutama jika dilihat dari statusnya sebagai kepala daerah yang juga pernah menjadi seorang guru.
Orang yang disebut “paja” oleh Rusma Yul Anwar, menurut Suhandri, adalah seseorang yang sudah berjasa dan telah banyak berkontribusi bagi kemajuan di Kabupaten Pesisir Selatan, termasuk proyek-proyek besar seperti pembangunan jalan Mandeh Tarusan, Masjid Terapung Carocok Painan, gedung Painan Convention Center (PCC), kantor pendidikan, taman kota dan kantor-kantor pemerintah lainnya, termasuk juga pasar dan sejumlah puskesmas yang telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
“Orang yang disebut ‘paja’ itu telah melakukan banyak hal. Dia sudah banyak memberikan kontribusi yang positif terhadap kemajuan daerah ini. Rusma Yul Anwar sebagai bupati saat ini seharusnya bisa menghargai apa yang sudah dilakukan tersebut, bukan malah sebaliknya merendahkan,” kata Suhandri.
Selain itu, Suhandri juga menyoroti pelayanan publik yang lebih mudah diakses oleh masyarakat berkat kebijakan orang yang disebut “paja” itu, seperti mendekatkan layanan kependudukan dalam pengurusan KTP, KK dan lain sebagainya. Masyarakat, kata dia, tidak perlu jauh-jauh lagi mengurus administrasi tersebut ke Painan, karena di Tapan sudah ada kantor perwakilan pemerintah.
Suhandri beranggapan, kritik Rusma Yul Anwar terkait pembangunan yang menyebut “saku-saku yang bertambah” justru menampar dirinya sendiri sebagai seorang kepala daerah.
“Rusma Yul Anwar telah menepuk air di dulang, justru dia sendiri yang kotor,” ujar Suhandri.
Kezaliman yang Dirasakan Suhandri
Suhandri juga menyebut, bahwa ia menjadi salah satu korban ketidakadilan selama kepemimpinan Rusma Yul Anwar.