Sumbarkita – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Andalas mengkritisi kepemimpinan Mahyeldi setelah resmi menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) untuk periode kedua. Dalam evaluasi bertajuk “1001 Masalah Sumatera Barat”, mahasiswa menyoroti berbagai persoalan yang menurut mereka tidak terselesaikan selama empat tahun terakhir.
Presiden Mahasiswa Unand, Dedi Irwansyah, menegaskan bahwa kritik ini bukan hal baru, tetapi sudah disampaikan sejak evaluasi tiga tahun kepemimpinan Mahyeldi-Audy.
“Seribu satu masalah ini sudah kami sampaikan sejak dulu. Bukan hanya angka yang kami buat-buat, tapi memang ini yang terjadi di Sumatera Barat. Mulai dari lingkungan, bencana, korupsi, hingga kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat,” katanya kepada Sumbarkita, Kamis (20/2).
Dedi menyebut persoalan lingkungan menjadi salah satu masalah yang tidak kunjung mendapat perhatian serius. Ia menyinggung soal tambang ilegal, illegal logging, dan pencemaran yang merusak alam di Sumbar.
“Di Solok Selatan misalnya, air sudah keruh akibat pertambangan ilegal. Sampai sekarang, kita tidak tahu bagaimana penyelesaiannya. Lebih parah lagi, ada kasus polisi tembak polisi karena rebutan tambang. Seharusnya mereka menertibkan tambang ilegal, bukan justru berebut keuntungan dari sana,” ujarnya.
Ia juga menyoroti lambannya penanganan bencana di Sumbar. Seperti penanganan dampak lahan pertanian akibat galodo yang saat ini masih ada sawah tertimbun lumpur dan batu.
“Masih banyak warga yang membersihkan sendiri tanpa bantuan. Pemerintah pusat sudah mengalokasikan dana Rp33,3 miliar untuk pertanian yang terdampak, tapi masyarakat tidak merasakan manfaatnya. Dana itu sampai ke mana?” ungkapnya.