SUMBARKITA.ID – Nasi sek di Pariaman bukan hal baru untuk dibicarakan. Kendatipun demikian, ada hal yang menarik dari penamaan nasi sek itu sendiri dan tidak banyak diketahui oleh orang di luar Kota Tabuik.
Salah satu tokoh masyarakat di Pariaman, Alwis Ilyas mengatakan, nasi sek sudah ada sejak tahun 90-an. Arti nasi sek itu sendiri adalah nasi seratus kenyang.
“Pada saat itu, harganya memang seratus rupiah, dapat sebungkus nasi,” ujarnya kepada Sumbarkita.id, Selasa (1/11/2022).
Dia menuturkan, saat itu, nasi sek disajikan dengan cara nasi dibungkus dengan daun pisang.
“Untuk sambal atau lauk pauknya diletakkan di luar, atau terpisah dengan nasi itu,” jelas Alwis.
Memang, lanjutnya, satu bungkus seharga seratus rupiah itu dapat mengenyangkan. Pembeli juga bisa meminta tambahan nasi dengan syarat biaya pun bertambah beberapa rupiah.
“Nah, seiring waktu berjalan nilai mata uang seratus rupiah itu tidak dapat lagi memenuhi modal satu bungkus nasi. Harga nasi sek berangsur naik sehingga menjadi seribu rupiah per bungkus,” sebut Alwis.
Meskipun harga nasi tersebut sudah naik menjadi seribu rupiah per bungkus, tetapi namanya tidak berubah.
“Hanya saja makna sek itu bukan lagi seratus kenyang tapi sudah berganti dengan seribu kenyang,” ungkapnya.
Nasi sek bermakna nasi seribu kenyang tersebut terjadi saat adanya krisis moneter. Berawal dari krisis tersebut harga sembako pun mulai naik.
“Hal serupa terus terjadi, seiring dengan bertambahnya tahun demi tahun harga nasi sek pun ikut naik. Hingga sekarang mana bisa lagi dibeli seharga seribu rupiah,” cetus Alwis.
Terpisah, salah satu warga Pariaman yang berjualan nasi sek membeberkan kepada Sumbarkita.id bahwa harga nasi sek saat ini lebih dari sepuluh ribu rupiah.
“Lebih sepuluh ribu rupiah, sehingga nasi sek itu bukan berarti sepuluh ribu kenyang namun sebungkus kenyang,” ungkap Muhammad Jamil, penjual nasi sek di Pariaman.
Hingga kini, lanjut Jamil, ketika orang-orang bertanya padanya tentang arti nasi sek tersebut ia menjawab artinya nasi sebungkus kenyang.
“Alhamdulillah masih banyak orang yang makan nasi sek. Penyanjiannya tidak berubah, sama dengan cara lama, dibungkus dengan daun pisang,” kata Jamil.
Kendatipun demikian ia tidak membeberkan lebih lanjut berapa untung yang diraup dari penjualan nasi sek.
“Ya, alhamdulillah (untuk berjualan) bisa untuk membiayai anak sekolah,” ulas Jamil yang dikaruniai tiga orang anak tersebut.
Editor: Fakhruddin Arrazzi
KOMENTAR