Sumbarkita — Seorang anak di Jorong Koto Ala, Nagari Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan, Agam, membakar rumah orang tuanya pada Sabtu (7/6) siang.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) Dinas Satpol PP dan Damkar Agam, Eki Marlinda, mengatakan bahwa anak tersebut berinisial MY (22), membakar rumah orang tuanya saat ibunya, Armawati (54), salat Zuhur dalam rumah itu.
“Anak itu diduga stres. Dia awalnya diketahui stres pada malam takbiran pada Kamis (5/6). Saat itu dia menabrak motor orang di jalan, lalu berbicara sendiri. Kemudian, dia pergi entah ke mana dengan motornya,” ucap Eki.
Eki mengatakan bahwa keesokan harinya Armawati pergi ke puskesmas untuk menyampaikan kondisi anaknya tanpa membawa MY sebab ia tidak tahu anak laki-lakinya itu pergi ke mana. Petugas puskesmas, kata Eki, hanya memberikan obat kepada Armawati sebab tidak melihat kondisi MY dan tidak memeriksanya.
“Ibunya belum sempat bertemu dengan MY untuk memberikan obat itu. Tadi siang anak itu pulang, lalu membakar rumah ibunya. Kami tidak tahu penyebab dia membakar rumah itu,” tutur Eki.
Eki menceritakan bahwa pihaknya mendapatkan laporan tersebut pukul 14.00 WIB. Ia langsung mengerahkan dua mobil pemadam dengan sepuluh personil untuk memadamkan kebakaran itu. Pihaknya berhasil memadamkan api dalam waktu 30 menit.
Akibat kebakaran itu, kata Eki, rumah tersebut rata dengan tanah. Ia mengatakan bahwa api dengan cepat membakar rumah yang terbuat dari kayu itu.
“Ibunya selamat. Kerugian akibat kebakaran itu diperkirakan Rp60 juta,” ucapnya.
Eki mengatakan bahwa MY bukanlah orang yang memiliki keterbelakangan mental atau gangguan jiwa sejak lahir. Ia menyebut bahwa MY tamat SMA di salah satu sekolah unggul di Agam.
Eki mengatakan bahwa MY belum lama ini pulang merantau ke Pekanbaru untuk bekerja. Ia menyebut bahwa MY diduga stres setelah pulang merantau, entah karena berhenti bekerja atau oleh sebab lainnya.
“Kini dia dan ibunya tinggal di rumah kakaknya yang terletak di dekat rumah yang terbakar itu. Sebelumnya, mereka hanya tinggal berdua di rumah kayu itu. Ibunya sudah bercerai dengan ayahnya. Ibunya bekerja sebagai penjual lepat di pasar-pasar,” ujar Eki.