SUMBARKITA.ID — Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan bahwa masjid memiliki peran penting untuk melestarikan cara berpikir. Ma’ruf tidak menginginkan masyarakat berpikir sempit, terutama dalam menghadapi pandemi Corona.
“Yang juga perlu kita pahami dari semua peran tersebut, peran terpenting masjid adalah sebagai wadah untuk melestarikan cara berpikir sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW. Pelestarian dan penerapan cara berpikir tersebutlah yang kemudian melahirkan peradaban Islam yang menjadi peradaban dunia, terutama pada zaman kejayaan Islam dari tahun 800 sampai 1258 Masehi,” kata Ma’ruf Amin dalam acara Milad Masjid Istiqlal ke-43 yang disiarkan YouTube Masjid Istiqlal TV, Senin (22/2/2021).
Ma’ruf mengatakan cara berpikir adalah untuk utama dalam perkembangan peradaban. Dia menyebut salah satu penghambat peradaban saat ini adalah cara berpikir yang sempit.
“Sebagai intisari peradaban, cara berpikir adalah kunci utama dari maju mundurnya sebuah peradaban. Saya memandang bahwa salah satu hambatan dalam perkembangan peradaban saat ini antara lain adalah cara berpikir sempit dan tidak terbuka terhadap perubahan,” jelas dia.
Ma’ruf Amin tidak ingin masyarakat memiliki cara pemikiran yang sempit. Seperti fenomena saat ini, di mana ada pihak yang tidak percaya pada Corona.
“Karena itu, saya tidak ingin umat Islam, ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini. Contoh sederhana cara berpikir sempit adalah tidak percaya bahwa COVID-19 adalah nyata, atau percaya pada teori-teori konspirasi tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan,” ucapnya.
Berpikir sempit, kata Ma’ruf, adalah salah satu penyebab sifat egois. Ma’ruf mengatakan bahwa berpikir sempit juga memunculkan pola pikir yang menyimpang.
“Cara berpikir sempit itu juga merupakan salah satu penyebab munculnya sifat egoistik, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog. Cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal yang dapat menjustifikasi kekerasan dalam menyelesaikan masalah,” jelasnya.
“Cara berpikir sempit seperti itu menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk Muslim masih tergolong under developed country dan mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek dan bidang lainnya,” lanjutnya.
Ma’ruf Amin juga memaparkan cara berpikir yang menjadi sumber terbentuknya peradaban Islam. Yaitu cara berpikir yang wasathy.
“Oleh karena itu, cara berpikir seperti apa yang bisa menjadi sumber terbentuknya peradaban Islam sebagaimana terjadi di era keemasan Islam? Jawabannya adalah cara berpikir wasathy, yaitu cara berpikir yang moderat, dinamis, namun tetap dalam koridor manhaji dan tidak ekstrem,” tutur dia dilansir detikcom. (*/sk)