PADANG, SUMBARKITA.ID – Dinas Pertanian Kota Padang meminta para petani untuk mengalihkan pupuk buatan ke pupuk organisk. Hal ini dikarenakan harga pupuk buatan tengah melambung tinggi.
Melambungnya harga pupuk buatan ini dikarenakan menurunnya import pupuk untuk wilayah Sumatera Barat.
Data terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), impor pupuk ke Sumbar mengalami penuruan drastis sepanjang tahun 2022.
Jika dibandingkan antara periode Januari-Juli 2021 dan periode yang sama pada tahun 2022 terjadi penurunan suplai pupuk sebesar 39,42 persen. Salah satu daerah yang terdampak di Sumbar yaitu Kota Padang.
Sedangkan pupuk buatan yang disubsidi pemerintah hanya dua jenis. Itupun anggaran untuk mensubsidi pupuk juga ada sebagian yang dialihkan untuk keperluan lain.
Pengalihan anggaran untuk pupuk subsidi ini menjadi kebutuhan pupuk petani menjadi terganggu. Kemudian, harga pupuk buatan non subsidi menjadi naik.
“Untuk saat ini jenis pupuk subsidi hanya ada 2 jenis, yaitu pupuk urea dan NPK Phonska. Kalau dulu ada banyak jenisnya, jadi karena pengurangan jenis yang di subsidi ini juga mempengaruhi sektor pertanian yang ada di Kota Padang,” ujar kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Syahrial kepada SUMBARKITA.ID, Senin (12/9/2022).
diakui Syahrial, saat ini banyak petani yang mengeluh karena kenaikan harga pupuk. Naiknya juga drastis dan petani mengaku sulit menjangkau harga pupuk hari ini.
“Ya, banyak yang mengeluh. petani banyak yang mengadu kepada kami. Sekarang tengah kami carikan solusinya,” ucapnya lagi
Sementara itu, Pejabat Fungsional Dinas Pertanian Padang, Anderson Matondang mengatakan bahwa salah satu jenis pupuk subsidi akan habis di Kota Padang.
Hal tersebut di karenakan berkurangnya jatah suplai pupuk untuk Kota Padang.
“Saat ini di Kota Padang sendiri stok untuk pupuk jenis Urea masih ada, namun jenis NPK Phonska sudah hampir habis. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan Permenpan yang mengalihkan pupuk subsidi ke beberapa komoditi lain, sehingga stok setiap daerah di kurangi,” katanya.
Anderson mengatakan kenaikan harga pupuk disebabkan karena beberapa faktor. Mulai dari wabah Covid-19, pengaruh perang Rusia-Ukraina, serta tingginya harga bahan baku dan biaya produksi pupuk.
“Selain itu, harga pupuk saat ini juga melambung tinggi yang disebabkan karena beberapa hal. Baik karena wabah Covid-19, terganggunya suplai bahan baku karena perang antara Rusia-Ukraina dan tingginya bahan baku serta biaya produksi pupuk tersebut,” jelasnya.
“Tapi sebenarnya fakta di lapangan harga yang naik itu pupuk non subsidi, bukan pupuk yang subsidi. Terkadang orang-orang hanya menggoreng-goreng saja tanpa tau faktanya bagaimana,” lanjutnya.
Anderson mengatakan untuk saat ini pihaknya hanya bisa membantu melalui sosialisasi kepada para petani untuk menggunakan pupuk organik.
“Kita saat ini sudah menyuarakan kepada para petani agar menggunakan pupuk organik guna antisipasi tingginya harga pupuk saat ini,” jelasnya. (*)
Editor : Hajrafiv Satya Nugraha